Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK I Tahun 2025 di Jakarta, Jumat (24/1/2025). (Foto: OJK)
JAKARTA, PERSPECTIVESNEWS- Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dilaksanakan pada 26 Maret 2025 menilai di tengah volatilitas pasar dan tantangan perekonomian global, stabilitas sektor jasa keuangan pada Maret 2025 tetap terjaga.
"Rapat Dewan Komisioner pada tanggal 26 Maret 2025, menilai stabilitas sektor jasa keuangan terjaga di tengah tantangan perekonomian global," ujar Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam RDK Bulanan (RDKB) Maret 2025, Jumat (11/4/2025).
Lebih lanjut, Mahendra mengungkapkan, perekonomian global cenderung divergent seiring rilis data perekonomian Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah ekspektasi. Sementara, di Eropa dan China justru di atas ekspektasi sebelumnya.
"Volatilitas pasar tetap tinggi seiring ketidakpastian kebijakan ekonomi serta risiko geopolitik yang semakin cenderung meningkat," ujarnya.
Mahendra menuturkan, proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 ini untuk global direvisi ke bawah oleh OECD dengan pertumbuhan PDB global diproyeksikan 3,1% dan 3% pada tahun 2026. Utamanya, akibat peningkatan hambatan perdagangan dan ketidakpastian kebijakan.
OECD itu juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,9% di tahun ini. Namun, penurunan itu masih sejalan dengan perbandingan peer countries ataupun negara-negara berkembang di kawasan Asia Tenggara dan di luar kawasan.
Untuk PDB Amerika Serikat pada kuartal IV/2024 tercatat tumbuh sebesar 2,4%. Namun pada kuartal I/2025 ini diprediksi oleh Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed bahwa PDB Amerika akan terkontraksi.
Lalu, data aktivitas ekonomi di Amerika Serikat cenderung melambat, dengan tingkat pengangguran naik ke 4,2%.
"The Fed tetap mempertahankan tingkat suku bunganya dan akan memangkas Fed Fund Rate (FFR) hanya satu hingga dua kali di tahun 2025," tutur dia.
Sementara untuk China, Beijing telah meluncurkan stimulus mendorong konsumsi dengan sisi demand yang menunjukkan indikasi perbaikan permintaan, antara lain peningkatan pada penjualan retail dan penjualan kendaraan bermotor.
Situasi Domestik
Sementara itu, situasi domestik, pada Maret 2025 inflasi indeks harga konsumen
(IHK) terjaga baik sebesar 1,03%. Kemudian, inflasi inti di Februari cukup
terkendali, yaitu 2,48%, yang menunjukkan permintaan domestik cukup baik.
Namun, Mahendra mengingatkan perlu dicermati beberapa indikator permintaan yang termoderasi.
Ia menuturkan, kinerja perekonomian nasional masih solid, sejalan juga dengan hasil tinjauan berkala dari lembaga pemeringkat Moody's Investor Service yang menegaskan peringkat kredit Indonesia di level Baa2 dengan outlet stabil. Selain itu, FIDS juga mempertahankan rating Indonesia di level BBB dengan outlook stabil.
"Hal itu merepresentasikan keyakinan global terhadap fundamental ekonomi Indonesia dan kebijakan yang diambil mampu menjaga ketahanan sektor keuangan di tengah kondisi ketidakpastian global," imbuhnya.
Saat ini, rating Indonesia dan posisi indikator kerentanan eksternal yang biasa digunakan menilai daya tahan perekonomian dan pasar keuangan suatu negara menunjukkan kondisi yang relatif baik dibandingkan peer countries.
Hal itu tercermin baik dari sisi defisit fiskal Indonesia, yakni 2,29%, sedangkan India 7,8% dan Turki 5,2%. Lalu, rasio utang luar negeri terhadap PDB untuk Indonesia 30,42%, India 19,3%, dan Turki 43,9%.
Berikutnya, transaksi neraca berjalan terhadap PDB, untuk Indonesia, rasionya surplus 0,63%, sedangkan India defisit atau negatif 1,1%, dan Turki negatif 2,2%. (lan/*)