Presiden Prabowo Subianto, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto seusai mengikuti Sarasehan Ekonomi di Jakarta, Selasa (8/4/2025) (Foto: Antara)
JAKARTA,
PERSPECTIVESNEWS - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga
Hartarto menilai, fundamental ekonomi Indonesia tetap solid meskipun tengah
dihadapkan pada ketidakpastian global yang semakin meningkat.
Menurutnya, hal ini tercermin dari berbagai indikator kunci
seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5 persen, inflasi Maret 2025
yang terkendali di angka 1,03 persen (yoy), serta rasio kecukupan modal (CAR)
perbankan yang mencapai 27 persen.
“Tadi sudah saya sampaikan bahwa DPK (Dana Pihak Ketiga)
kita di atas 5 persen dan penyaluran kreditnya di atas 10,42 persen. Kemudian
likuiditas perbankan terjaga, loan to deficit ratio-nya sudah juga di angka
baik 88,92 persen dan juga kita lihat capital adequacy ratio-nya 27 persen.
Sehingga sebetulnya perbankan kita solid dalam periode saat sekarang,” ujar
Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi bersama Presiden RI di Jakarta, Selasa
(8/4/2025).
Dalam paparannya, Airlangga menyoroti tekanan eksternal yang
berasal dari meningkatnya tensi geopolitik global, proteksionisme dagang AS,
hingga pengetatan kebijakan moneter oleh sejumlah negara maju.
Kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan AS menjadi
pemicu tambahan yang dapat mengganggu stabilitas perdagangan dunia.
Pasca penyampaian kebijakan tarif resiprokal tersebut,
sejumlah dampak timbul mulai dari gejolak pasar keuangan ekonomi global yang
ditandai fluktuasi bursa saham dunia dan pelemahan mata uang, hingga
terganggunya perdagangan dunia yang ditandai dengan terganggunya rantai pasok
global.
Sebagai bentuk respons, Pemerintah Indonesia sendiri telah
memutuskan untuk berbagai langkah strategis diantaranya melalui jalur negosiasi
dengan mempertimbangkan AS sebagai mitra strategis.
Salah satu jalur negosiasi tersebut yakni melalui
revitalisasi Perjanjian Kerjasama Perdagangan dan Investasi (TIFA).
Pemerintah juga akan melakukan Deregulasi Non-Tariff
Measures (NTMs) melalui relaksasi TKDN sektor teknologi informasi dari AS,
serta evaluasi pelarangan dan pembatasan barang ekspor impor.
Di samping itu, Pemerintah juga akan melakukan penyeimbangan
terhadap neraca perdagangan dengan AS melalui pembelian produk agrikultur dari
AS seperti kedelai, pembelian peralatan mesin, LPG, LNG, dan migas oleh
Pertamina.*
Sumber: Antara
Editor: djo