Kantor Bank Indonesia
Pusat (Foto Ilustrasi: bankindonesia.go.id)
JAKARTA,
PERSPECTIVESNEWS - Bank Indonesia (BI) tetap berkomitmen untuk menjaga
kestabilan nilai tukar rupiah sebagai bentuk respons pengumuman kebijakan tarif
impor Amerika Serikat (AS) terbaru di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny
Prakoso dalam keterangan resminya di Jakarta, Sabtu (5/4/2025), mengatakan upaya
tersebut dilakukan terutama melalui optimalisasi instrumen triple intervention dalam rangka memastikan kecukupan likuiditas
valas untuk kebutuhan perbankan dan dunia usaha serta menjaga keyakinan pelaku
pasar.
Triple intervention
atau tiga intervensi tersebut antara lain intervensi di pasar valuta asing
(valas) pada transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta
Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
“BI terus memonitor perkembangan pasar keuangan global dan
juga domestik pasca pengumuman kebijakan tarif Trump yang baru pada 2 April
2025,” kata Ramdan.
Pasca pengumuman tersebut dan kemudian disusul oleh pengumuman
retaliasi tarif oleh Tiongkok pada 4 April 2025, Ramdan menyebutkan bahwa pasar
bergerak dinamis.
Pergerakan pasar yang dinamis ini ditunjukkan di mana pasar
saham global mengalami pelemahan dan yield US Treasury mengalami penurunan
hingga jatuh ke level terendah sejak Oktober 2024.
Di tengah pengumuman tarif AS, kegiatan operasi moneter oleh
Bank Indonesia pada pekan ini ditiadakan mengingat masih dalam periode hari
libur nasional dan cuti bersama tahun 2025 dalam rangka Hari Raya Idul Fitri
dan Hari Suci Nyepi. Kegiatan operasional Bank Indonesia akan kembali ke jadwal
normal seluruhnya pada 8 April 2025.
Diberitakan sebelumnya pada Rabu (2/4/2025), Presiden AS
Donald Trump mengumumkan kenaikan tarif sedikitnya 10 persen ke banyak negara
di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terhadap barang-barang yang masuk ke
negara tersebut.
Indonesia berada di urutan ke delapan di daftar
negara-negara yang terkena kenaikan tarif AS, dengan besaran 32 persen. Sekitar
60 negara bakal dikenai tarif timbal balik separuh dari tarif yang mereka
berlakukan terhadap AS.
Berdasarkan daftar tersebut, Indonesia bukan negara
satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang menjadi korban dagang AS. Ada pula
Malaysia, Kamboja, Vietnam serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif
24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.
Trump mengatakan bahwa tarif timbal balik itu bertujuan
untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja di dalam negeri. Ia dan para
pejabat pemerintahannya berpendapat bahwa AS telah "dirugikan" oleh
banyak negara akibat praktik perdagangan yang dianggap tidak adil.
Tarif-tarif yang telah lama diancamkan Trump itu diumumkan
dalam acara Make America Wealthy Again
di Rose Garden, Gedung Putih. (red)