Perspectives News

Puspadi Bali Berharap Kebutuhan Alat Bantu Adaptif Bisa Dianggarkan di APBD Provinsi

 

Diskusi saat penutupan workshop dan pameran foto adaptif karya para penyandang disabilitas, di Annika Linden Centre Denpasar, Bali, Minggu (9/2/2025). (Foto: Perspectives)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Operation Manajer Yayasan Puspadi Bali sekaligus Koordinator Gugus Tugas Penyedia Alat Bantu Adaptif Kaki Palsu dan Kursi Roda Provinsi Bali, Putu Juliani berharap kebutuhan alat bantu adaptif bagi penyandang disabilitas bisa dianggarkan di APBD Provinsi Bali.

Juliani menyampaikan harapan itu kepada perspectivesnews.com di sela diskusi penutupan Pameran Foto ADAPTIF #AssistiveTechTales yang menghadirkan kisah aksesibilitas dan alat bantu adaptif bagi penyandang disabilitas di Bali yang diselenggarakan di Annika Linden Centre Denpasar, Bali, Minggu (9/2/2025).

“Kami tentunya sangat berharap kepada pemerintah agar alat bantu bagi para penyandang disabilitas itu sesuai dengan kebutuhan mereka (adaptif-red). Kalau bisa diperjuangkan untuk bisa dimasukkan dalam anggaran di APBD Provinsi Bali,” ujar Juliani.

Menurut Juliani, kebutuhan alat bantu yang selama ini diberikan pemerintah masih tergolong standar dan tidak sesuai dengan anatomi tubuh setiap penyandang disabilitas.

Akibatnya, bila dipakai sekian lama, bisa mengakibatkan atau memicu disabilitas sekunder (disabilitas yang terjadi akibat disabilitas primer, bukan sejak lahir. Kondisi ini dapat berupa masalah kesehatan fisik atau mental yang muncul setelah disabilitas primer-red).

“Jika masih terkendala birokrasi untuk bisa dianggarkan di APBD, bisa dilakukan lewat CSR. Yang penting dananya dari pemerintah,” ungkap Juliani lugas.

Pameran Foto Alat Bantu Adaptif

Sebelumnya, dibuka pameran foto alat bantu adaptif yang terbuka untuk umum, berlangsung selama seminggu dari 2 – 9 Februari 2025 yang juga dihadiri Yayasan Peduli Kemanusian (YPK) Bali. 

Pameran diikuti tujuh (7) peserta dengan puluhan karya mereka dan melalui seleksi ketat.

"Mereka adalah teman-teman yang sudah lolos seleksi sebelum mengikuti workshop. Mereka harus mengirimkan dulu bahan-bahan foto mereka untuk diseleksi oleh tim juri, setelah itu baru mereka bisa mengikuti workshopnya selama 2 hari penuh," sebut Juliani. 

Pada penutupan pameran, digelar diskusi yang menghadirkan pembicara Dinda Mahadewi, Kresnanta, Cok Ima (artis dan peserta Workshop Foto Bercerita), membahas berbagai perspektif tentang disabilitas dan bagaimana seni bisa mendorong inklusi serta pemberdayaan.

“Melalui visual dan narasi, kita diajak memahami bagaimana alat bantu ini menjadi bagian dari keseharian dan membuka lebih banyak peluang bagi inklusi dan kesejahteraan para penyandang disabilitas,” sambung Juliani.

Diskusi inspiratif bertema "Mengenal Artivisme dan Ragam Disabilitas", sebuah eksplorasi mendalam tentang bagaimana seni dapat menjadi alat advokasi, representasi, dan perubahan sosial bagi komunitas disabilitas.  (lan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama