Perspectives News

Dikenal Dermawan, PMI Asal Jembrana Meninggal Dunia di AS

 

Ni Ketut Wendi, (64) ibu kandung almarhum, didampingi Kepala Lingkungan Sawe, I Ketut Wardana Putra, saat ditemui di rumah duka, di Lingkungan Sawe Rangsasa, Kelurahan Dauhwaru, Jembrana, Jumat  (17/1/2025). (Foto:dik/PERSPECTIVESNEWS).

JEMBRANA, PERSPECTIVESNEWS - Seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) I Made Arya Budiharta, (41) asal Jembrana, Bali, mengembuskan napas terakhir di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) akibat kanker ganas, pada Sabtu (11/1/2025) lalu. Kepergian almarhum sebagai tulang punggung keluarga meninggalkan duka mendalam bagi warga sekitar, terutama keluarga. Pasalnya, Arya dikenal sebagai sosok yang sangat dermawan dan perhatian terhadap warga lanjut usia (Lansia) yang ada di wilayahnya.

"Sekarang saya sangat merasa kehilangan. Tokoh pemuda yang sangat peduli dan sosial saat ini sudah tiada," ungkap I Ketut Wardana Putra, Kepala Lingkungan Sawe, ditemui di rumah almarhum, di Lingkungan Sawe Rangsasa, Kelurahan Dauhwaru, Jembrana, Jumat (17/1/2025).

Putra menuturkan, almarhum punya gagasan, ide untuk menyantuni lansia. Sejak 2019, sudah berjalan 8 kali, sebanyak 70 warga lansia, usia di atas 70 tahun dibantu pemberian pengobatan gratis, pemberian makanan tambahan, cek kesehatan dan pembagian sembako. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh ibu almarhum.

"Jadi, Dek Edi (panggilan almarhum) ini yang menggagas ide bakti sosial ini. Setiap hari raya Galungan (6 bulan sekali) Almarhum memberikan dana Rp7 juta. Ini sudah berjalan 8 kali bakti sosial. Jadi beliau itu sangat dermawan," ungkapnya.

Arya, yang bekerja di sebuah restoran di Bourbonnais, Illinois, AS, meninggal dunia pada Sabtu (11/1/2025) lalu. Meski jauh dari Tanah Air, hatinya tetap tertuju pada kampung halaman, terutama para lansia yang membutuhkan uluran tangan.

Di balik senyumnya saat berkomunikasi dengan ibunya, Ni Ketut Wendi, (64), Arya ternyata tengah berjuang melawan penyakit kanker. Beberapa kali menjalani operasi, namun takdir berkata lain. "Dia selalu bilang baik-baik saja," ujar Wendi dengan suara sedih.

Rasa sedih dan terpukul sangat dirasa Ibu almarhum, atas kehilangan anak semata wayangnya yang bekerja di Amerika Serikat. Perasaan itu melengkapi kesedihannya, karena kepergian Arya menyusul suami dan anak pertamanya yang terlebih dahulu meninggal akibat kecelakaan.

“Made merupakan tulang punggung keluarga, dulu dia bekerja di kapal pesiar. Namun sejak usai kontrak di kapal pesiar, pada tahun 2018 Made memutuskan untuk bekerja di Amerika Serikat. Rencananya dia akan pulang Desember lalu, tapi takdir berkata lain," ungkapnya.

Komunikasi terakhir dengan ibunya terjadi pada Sabtu (11/1/2025) lalu, sehari sebelum meninggal. Ibu Arya juga tidak mengetahui persis pengobatan anaknya, lantaran Arya mengaku selalu sehat dan baik-baik saja.

"Setiap hari kami video call. Dia selalu bilang baik-baik saja. Tapi dua hari sebelum meninggal, kami tidak sempat video call karena perbedaan waktu yang cukup jauh. Saya kirimkan pesan agar dia (Arya) beristirahat saja," ucapnya.

Saat ini, kata dia, jenazah anaknya masih berada di rumah duka di Chicago, Amerika Serikat, menunggu proses pemulangan ke Indonesia. Kendala cuaca menjadi salah satu faktor yang menghambat proses pemulangan.

"Sempat mau dititipkan di rumah duka KBRI, namun ditolak, beruntung pimpinan tempat Made bekerja punya teman memiliki fasilitas rumah duka. Teman-teman Made di AS sedang menggalang dana untuk pemulangan jenazah. Manajemen tempat kerjanya juga siap membantu," katanya.

Kepergian Arya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan masyarakat. Namun, semangat kemanusiaannya akan terus menginspirasi. Kisahnya mengingatkan akan pentingnya saling membantu dan berbagi, terutama bagi mereka yang membutuhkan. (dik)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama