Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak serta Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) secara resmi meluncurkan kompetisi Dietary Shift (DISH) untuk menjaring 15 solusi lokal yang inovatif untuk mendorong pola makan masyarakat Indonesia menuju pangan sehat, bergizi, dan berkelanjutan. (Foto: Dok/GAIN)
JAKARTA, PERSPECTIVESNEWS- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) melalui Memorandum Saling Pengertian (MSP) 2022-2025 telah berkomitmen untuk bekerjasama dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat Indonesia.
Dalam kesempatan ini, Kementerian Kesehatan bersama dengan GAIN dan berkolaborasi dengan EAT-Lancet, Food and Land Use Coalition (FOLU) dan Nutrition Connect, dengan bangga meluncurkan kegiatan Kompetisi Dietary Shift (DISH) yang pendaftaran untuk mengikuti kompetisi ini resmi telah dibuka.
Kompetisi ini bertujuan untuk menjaring 15 solusi lokal yang inovatif untuk mendorong pola makan masyarakat Indonesia menuju pangan sehat, bergizi, dan berkelanjutan.
Solusi terbaik yang diusulkan diharapkan dapat selaras dengan rekomendasi yang diusulkan di dalam Panduan Konsumsi Makanan Sehari-hari dan Perilaku Hidup Sehat Nasional (Pedoman Gizi Seimbang) dan juga rekomendasi global oleh Komisi EAT-Lancet yang dikenal sebagai Planetary Health Diet.
Panduan ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan manusia sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Solusi terbaik yang diusulkan akan melalui tahapan penjurian yang akhirnya akan menerima apresiasi serta memiliki kesempatan untuk dipresentasikan pada acara EAT Stockholm Food Forum 2025.
Penjelasan terkait Kompetisi DISH yang mengundang partisipasi berbagai profesi, mulai dari pembuat kebijakan, koki, pemimpin dan pelaku di sektor layanan makanan, inovator makanan, hingga pemasar dan komunikator. (Foto: Dok/GAIN)
Kategori dalam kompetisi ini meliputi kebijakan dan regulasi, advokasi, strategi iklan dan budaya, intervensi layanan makanan, keterampilan kuliner, serta inovasi produk pangan. Kategori-kategori ini merupakan bagian dari kriteria kelayakan dalam kompetisi DISH.
Kompetisi DISH ini mengundang partisipasi berbagai profesi, mulai dari pembuat kebijakan, koki, pemimpin dan pelaku di sektor layanan makanan, inovator makanan, hingga pemasar dan komunikator.
Mereka dapat mengirimkan ide inovatif yang dapat mendorong perubahan pola makan masyarakat Indonesia menjadi lebih sehat.
Sebanyak 15 solusi terbaik akan diseleksi oleh panel juri dan mendapatkan beberapa bentuk dukungan, termasuk:
- Pendanaan: Hingga Rp15.000.000
- Bimbingan: Dari para ahli gizi, pangan, dan lingkungan (nasional dan internasional).
- Jaringan: Kesempatan berinteraksi dengan peserta lain untuk memperluas jaringan dan belajar dari para ahli serta rekanan lain.
- Promosi: Liputan media nasional dan internasional melalui blog, artikel, infografis, serta media sosial.
Solusi terbaik ini juga akan masuk ke tahap 2 pada tahun 2025, di mana 15 solusi ini juga akan ditampilkan dalam peluncuran Laporan EAT-Lancet 2.0.
Peserta yang berminat dapat menemukan informasi lebih lanjut mengenai kompetisi dan proses pendaftaran dengan mengunjungi situs web resmi Kompetisi DISH. Batas akhir pengiriman adalah 31 Oktober 2024, pukul 23.59 WIB.
Bersama dengan ini, dr. Lovely Daisy, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan menyampaikan harapan dan apresiasinya terhadap Kompetisi DISH 2024.
"Kami yakin bahwa solusi inovatif adalah kunci untuk mengubah kebiasaan makan di Indonesia. Kompetisi DISH mengundang para visioner dari berbagai lapisan masyarakat untuk berkontribusi pada masa depan yang lebih sehat, memastikan setiap individu di Indonesia dapat memilih ke makanan bergizi yang sesuai dengan preferensi budaya dan kebutuhan gizi mereka.” imbuhnya.
Masalah ‘Triple Burden’ Malnutrisi di Indonesia
Kompetisi ini diluncurkan bersamaan dengan “Laporan Pangan, Bumi, Kesehatan: Pola Makan Sehat dari Sistem Pangan Berkelanjutan” yang disusun oleh Komisi EAT-Lancet terbaru yang memberikan wawasan penting tentang tantangan dan solusi pola makan di tingkat global.
Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan malnutrisi dengan beban rangkap tiga, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan defisiensi zat gizi mikro.
Data terbaru dalam Survei Kesehatan Indonesia 2023 menyebutkan bahwa sekitar 21,5% anak di bawah usia 5 tahun mengalami stunting, dan 27,7% wanita hamil menderita anemia. Di sisi lain, masalah obesitas meningkat, dengan 31,2% wanita dan 15,7% pria dewasa mengalami obesitas.
“Sejak 2012, GAIN melalui program kerjasama dengan Kementerian Kesehatan telah berkomitmen untuk meningkatkan status gizi masyarakat melalui berbagai inisiatif, termasuk program fortifikasi pangan dan program edukasi gizi seimbang. Dengan bekerja sama dengan pemerintah, pemangku kepentingan industri, dan masyarakat sipil, GAIN di Indonesia senantiasa mendukung upaya Kementerian Kesehatan termasuk dalam meningkatkan kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan berkelanjutan," tambah Agnes Mallipu, Direktur GAIN Indonesia.
Laporan Komisi EAT-Lancet tersebut diatas menunjukkan bahwa hambatan terbesar dalam perubahan pola makan di Indonesia adalah masalah politik, ekonomi seperti kemiskinan, serta infrastruktur yang kurang memadai yang menghambat akses pada produk pangan segar. Faktor budaya juga mempengaruhi pilihan makanan masyarakat.
Kementerian Kesehatan berharap dalam kolaborasinya dengan GAIN, EAT, FOLU dan Nutrition Connect, kompetisi DISH ini akan menjadi katalisator bagi ide-ide baru yang dapat menyelesaikan masalah gizi jangka panjang di Indonesia.
Tentang GAIN
Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) adalah yayasan nirlaba yang berbasis di Swiss dan diluncurkan di PBB pada tahun 2002 dengan misi untuk mengatasi penderitaan akibat malnutrisi.
GAIN bekerja sama dengan pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil untuk mengubah sistem pangan agar menyediakan makanan bergizi yang terjangkau bagi semua orang, terutama mereka yang paling rentan. (**)