Perspectives News

Gelar FGD, BI Bali: Triwulan II 2024 Ekonomi Bali Nusra Tumbuh 6,84%

 

Acara Diseminasi dan FGD yang diselenggarakan BI Bali, bertema ”Mendorong Pemulihan Sektor Padat Karya untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan dan Inklusif di Wilayah Bali Nusra,” berlangsung di Denpasar, Selasa (29/10/2024). (Foto: BI Bali)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Bank Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Bali menggelar acara Diseminasi dan Focus Group Discussion (FGD) bertema ”Mendorong Pemulihan Sektor Padat Karya untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan dan Inklusif di Wilayah Bali Nusra.”

Kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi lintas sektor dalam upaya memperkuat pemulihan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja di Bali Nusra, terutama di sektor padat karya seperti pariwisata, pertanian dan pengolahan.

Diskusi yang diselenggarakan secara hybrid di Denpasar, Selasa (29/10/2024) ini dihadiri oleh Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, serta narasumber dan pejabat Pemerintah Provinsi Bali Nusra, akademisi, seluruh BPD Bali Nusra, perbankan dan asosiasi serta pelaku usaha.

Dorongan strategis untuk sektor padat karya di Bali Nusra Destry Damayanti, dalam arahannya menegaskan urgensi untuk mendorong pemulihan sektor padat karya di Bali Nusra sebagai upaya strategis untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat menengah ke bawah.

Destry menggarisbawahi bahwa sektor padat karya yang menyerap 68,4% tenaga kerja nasional dan menyumbang 62% terhadap PDB pada 2023, memiliki peran krusial dalam mendorong ekonomi berkelanjutan. Menurutnya, sektor ini menghadapi tantangan besar dalam pemulihan pasca-pandemi.

“Kondisi ini sangat penting untuk diatasi agar sektor padat karya dapat kembali menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah,” tegasnya.

Melalui bauran kebijakan, Bank Indonesia mendukung pertumbuhan sektor padat karya, terutama dalam menghadapi tantangan pasca-pandemi.

Untuk mendorong sektor padat karya, Bank Indonesia mengeluarkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial yakni pengurangan kewajiban pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM) di Bank Indonesia bagi perbankan yang memenuhi penyaluran kredit dengan kriteria tertentu. Dengan pengurangan GWM, perbankan akan memiliki likuiditas yang lebih longgar sehingga diharapkan  perbankan semakin proaktif dalam menyalurkan kredit bagi sektor-sektor prioritas ini.

Kinerja Ekonomi Bali Nusra

Dalam sesi FGD, BI Bali menyampaikan, pada triwulan II 2024, ekonomi Bali Nusra tumbuh sebesar 6,84%, lebih tinggi dari rata-rata nasional yang sebesar 5,05%. Namun, pemulihan ekonomi ini diiringi dengan tantangan cukup besar, yakni menurunnya serapan tenaga kerja di sektor-sektor padat karya.

Sektor yang menampung banyak tenaga kerja dan memiliki kontribusi besar terhadap PDRB seperti pertanian beserta sub sektornya yakni perikanan dan peternakan, memiliki akses yang terbatas terhadap pembiayaan perbankan. Di sisi lain peningkatan kesejahteraan tenaga kerja di sektor ini juga tidak mengalami perbaikan.

Deputi Kepala Perwakilan BI Bali, G A Diah Utari menyampaikan, perlu strategi yang berfokus pada peningkatan kualitas dan nilai tambah komoditas unggulan daerah untuk mendorong sektor padat karya.

BI mencatat bahwa komoditas unggulan daerah Bali Nusra diantaranya adalah garam, rumput laut, dan produk perikanan baik tangkap, budidaya maupun olahan. Bali dapat berperan sebagai sentra produksi garam berkualitas ekspor sementara NTB serta NTT sebagai sentra garam untuk memenuhi kebutuhan KTI (Kawasan Timur Indonesia).

NTB dan NTT dapat berperan sebagai quality producer rumput laut untuk menyuplai industri turunan rumput laut yang saat ini terdapat di Jawa dan Makassar.

Sementara itu untuk perikanan, Bali Nusra memiliki keunggulan produk yang bisa diekspor maupun dikembangkan hilirisasinya baik di skala industri menengah besar maupun UMKM.

Kolaborasi Pentahelix untuk Mendorong Sektor Unggulan

Prof. Dr. I Made Suyana Utama, dari ISEI Denpasar, menyoroti pentingnya model kolaborasi ‘Pentahelix’ yang melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, dan media.

Kolaborasi ini krusial untuk membangun ekosistem yang mendukung sektor unggulan Bali Nusra. Dalam konsep ‘Pentahelix’, pemerintah berperan dalam kebijakan dan infrastruktur, akademisi dalam pengembangan SDM, dunia usaha sebagai pencipta lapangan kerja, masyarakat sebagai pengguna dan distributor, serta media massa sebagai kanal informasi. Sinergi ini diharapkan mendorong pemulihan berkelanjutan dan menciptakan daya saing bagi produk-produk lokal.

Dukungan Kebijakan Makroprudensial

Bambang Arianto, Ekonom Ahli Senior BI menyampaikan, hingga September 2024, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif makroprudensial senilai Rp256,06 triliun atau sekitar 3,44% dari total kredit yang disalurkan untuk mendukung pertumbuhan kredit di sektor-sektor padat karya.

Kebijakan insentif ini bertujuan mendorong perbankan agar lebih berani menyalurkan kredit, terutama untuk usaha kecil menengah (UMKM) yang menjadi tulang punggung ekonomi Bali Nusra.

"Bank Indonesia terus menjaga ketahanan sistem keuangan dan stabilitas kredit, namun tetap memberi kelonggaran agar perbankan mampu mendukung sektor-sektor yang berdampak langsung pada lapangan kerja,” ungkapnya.

Direktur Pengawas OJK Bali, Ananda R. Mooy, menekankan pentingnya kerja sama daerah dengan platform financial technology (fintech) dan lembaga pembiayaan lainnya, khususnya dalam mendukung sektor pertanian yang menyerap tenaga kerja besar namun memiliki akses kredit yang masih terbatas.

“Kemitraan dengan fintech dapat membuka jalan bagi petani dan nelayan dalam memperoleh akses permodalan yang fleksibel dan efisien. Selain itu, peran lembaga penjamin seperti Jamkrida diharapkan dapat memberikan jaminan pembiayaan bagi petani, sehingga sektor pertanian Bali Nusra dapat tumbuh lebih inklusif,” jelasnya.

Seluruh peserta diskusi menyepakati bahwa pemulihan sektor padat karya Bali Nusra membutuhkan dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Dengan dukungan bauran kebijakan BI, kebijakan pemerintah daerah dalam memperkuat kelembagaan dan akses pasar bagi kelompok tani, nelayan dan UMKM, serta kolaborasi sektor swasta dan lembaga keuangan, diharapkan sektor-sektor unggulan Bali Nusra seperti pariwisata, pertanian, dan pengolahan, dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dan berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat.  (zil/BI)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama