Para peserta konferensi IIRC 2024 foto bersama saat melakukan field trip ke DTW Jatiluwih, 19-21 September 2024. (Foto: Jatiluwih)
JATILUWIH, PERSPECTIVESNEWS- Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 menyelenggarakan konferensi di Bali. Dalam satu jadwal kegiatannya, peserta konferensi memutuskan untuk melakukan kunjungan lapangan (field trip) ke Desa Tujuan Wisata (DTW) Jatiluwih, Tabanan pada 19 - 21 September 2024.
IIRC 2024 adalah forum yang membahas peluang investasi di berbagai sektor, termasuk peluang berinvestasi di Desa Wisata Jatiluwih, Tabanan yang makin menyedot perhatian dan minat dari kalangan investor global.
IIRC 2024 yang baru saja digelar di Bali, selain membahas peluang investasi di berbagai sektor, ajang ini juga turut mempromosikan destinasi wisata di Pulau Dewata. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah kawasan persawahan terasering Jatiluwih.
Manajer Operasional Desa Wisata Jatiluwih John Ketut Purna dalam pernyataannya yang disampaikan ke redaksi perspectivesnews.com mengatakan, dengan keindahan alamnya yang memukau, Jatiluwih tak hanya makin dikenal oleh masyarakat mancanegara tetapi juga investor global.
“Field trip ke Jatiluwih yang diselenggarakan di hari ketiga yakni Sabtu (21/9/2024), memberikan kesempatan kepada para peserta untuk melihat langsung potensi wisata yang dimiliki Bali. Keindahan alam Jatiluwih yang telah diakui sebagai situs warisan dunia UNESCO menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka,” jelas John turut bangga.
Diharapkan, dengan semakin banyaknya perhatian yang tercurah pada Jatiluwih, akan semakin banyak pula investasi yang masuk untuk mengembangkan pariwisata di kawasan tersebut.
Sebanyak 119 peserta dari beberapa negara yang mengikuti kegiatan field trip ini menikmati keindahan alam dan sawah terasering yang memukau di DTW Jatiluwih. (Foto: Jatiluwih)
Beberapa negara yang mengikuti field trip ke Jatiluwih diantaranya Vietnam, Thailand, India, Bangladesh, Canada, Kamboja, Indonesia, Malaysia dan China dengan total anggota 119 orang.
Selain anggota delegasi, turut serta dalam kegiatan ini adalah Febby Novitas selaku Direktur Business dan Sonya Mamoriska selaku Direktur Transformasi & Hub Kelembagaan Bulog.
Para peserta IIRC 2024 tampak begitu terpukau dengan keindahan alam Jatiluwih saat mengikuti field trip. Kawasan persawahan terasering yang hijau membentang luas, udara yang sejuk, serta panorama alam yang menakjubkan membuat para peserta betah berlama-lama di sana.
“Selama field trip, para peserta tidak hanya diajak menikmati keindahan alam Jatiluwih, tetapi juga melakukan aktivitas trekking selama 1 jam. Dilanjutkan dengan coffee break di Jatiluwih Resto yang disambut jajaran manajemen DTW Jatiluwih dan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Pemkab Tabanan,” terang John.
Selain diperkenalkan dengan budaya subak, peserta juga disuguhi jajanan dan minuman khas Desa Jatiluwih yaitu teh beras merah, es teh beras merah dan pisang goreng.
“Varietas padi merah Cendana yang ditanam di Jatiluwih adalah salah satu faktor penting yang membuat subak di Jatiluwih menjadi istimewa. Padi merah ini memiliki kualitas yang sangat baik. Sebagai penghasil beras merah utama, tentu saja beras merah menjadi bahan utama dalam berbagai jenis olahan makanan, jajanan tradisional serta minuman di Jatiluwih,” tutur John menambahkan.
Seperti diketahui, subak di Jatiluwih berkaitan erat dengan ritual. Sebagai sistem irigasi tradisional, subak adalah sistem pengelolaan air untuk pertanian yang sudah ada sejak lama di Bali. Ini bukan hanya sistem irigasi, tapi juga filosofi hidup yang menekankan keseimbangan antara Tuhan, manusia dan alam yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK).
Keunikan subak Jatiluwih pun telah diakui dunia dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 2012. (lan)