Tari panyembrama menyambut kedatangan Bupati Sanjaya membuka Jatiluwih Festival ke V, Sabtu (6/7/2024). (Foto: perspectives)
TABANAN, PERSPECTIVESNEWS- Bupati Tabanan Dr. Komang Sanjaya, SE., MM terlihat sumringah ketika membuka Jatiluwih Festival V yang digelar 6-7 Juli 2024.
Bupati Sanjaya mengapresiasi pihak pengelola desa wisata Jatiluwih yang berkomitmen terus mengangkat kearifan lokal yang menjadi ciri khas masyarakatnya yakni pertanian dan persawahan.
Melalui festival ini, bupati berharap agar Desa Jatiluwih terus mempertahankan dan mampu menjaga kelestarian alam persawahannya dari derasnya pembangunan fisik yang dapat merusak ekosistem mata air dan alam persawahan di sekitarnya.
“Saya mengapresiasi pihak pengelola yang mampu menyelenggarakan Jatiluwih Festival hingga tahun ke-5 dengan menampilkan budaya, tradisi dan kuliner tradisional. Saya bersyukur di tengah derasnya pembangunan fisik, Desa Jatiluwih mampu menjaga lestarinya alam persawahan yang menjadi ciri khas desa ini,” terang Bupati Sanjaya, Sabtu (6/7/2024).
Tiba di lokasi Jatiluwih Festival, Bupati Sanjaya disambut Wakil Bupati I Made Edi Wirawan, SE., serta pucuk pimpinan instansi di Tabanan dan pengelola Desa Jatiluwih.
"Saya datang juga disambut tarian Paksi Jatayu, yang dimaknai sebagai simbol kesetiaan dan kemakmuran. Mudah-mudahan lewat simbol Jatayu, Desa Jatiluwih semakin rahayu. Ada juga sambutan dari Tarian Panyembrana dari ibu-ibu PKK di Desa Jatiluwih," tutur Bupati Sanjaya.
Bupati Sanjaya sekaligus mengingatkan, beragam tradisi yang dimiliki Desa Jatiluwih patut dilestasikan generasi muda. Bahkan, kekayaan budaya dan alam terasering sawahnya yang indah sudah diakui UNESCO.
Bupati Sanjaya didampingi Pengamat Ekonomi dan Pariwisata Bali Trisno Nugroho dan Manajer Pengelola Desa Jatiluwih John K Purna. (Foto: dok)
"Ada juga tradisi subak dan tradisi gebuk lesung, tradisi nginang dan lainnya. Semuanya masih asri dilakukan di Desa Jatiluwih, bahkan rata-rata saya tanya ibu-ibu bisa menumbuk padi sampai 10 Kg per hari. Lewat Jatiluwih Festival masyarakat dapat menikmati berbagai macam menu, ada stand kuliner, daluman, jajan kuliner, beras merah, tipat cantok, dan lainnya," ucapnya.
Seiring terkenalnya nama Desa Jatiluwih ke seluruh dunia dengan terasering sawah dan pengelolaan subak yang alami, banyak orang ingin datang melihat dari dekat Desa Jatiluwih.
"Seiring waktu, banyak orang yang datang ke Jatiluwih, bahkan di waktu ramai bisa 400-500 orang per hari. Jatiluwih ini kelas dunia karena sudah heritage. Saya sudah petakan masalahnya adalah jalan, infrastruktur dan parkir. Di setiap DTW kita harus selesaikan masalah parkir ini,”
Sementara itu, John K. Purna selaku Manager Pengelola Desa Jatiluwih menyampaikan, Jatiluwih Festival ke-V tetap melibatkan masyarakat lokal, baik anak muda, PKK, dan Lansia.
"Kami melibatkan masyarakat lokal. Targetnya banyak kunjungan wisatawan datang ke Jatiluwih Festival. Kami tampilkan di pembukaan cara mencangkul, menanam padi di sawah dan mengolah padi menjadi beras. Ini menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat kami. Lewat tema ‘Swasthi Bhuana’, kita tingkatkan rasa syukur dan upaya membahagiakan bumi," tuturnya.
Dengan diselenggarakannya Jatiluwih Festival yang melibatkan berbagai stakeholder pariwisata seperti asosiasi guide, travel agent, ASITA, PHRI, HPI, Bali Tourism Board (BTB) dan sebagainya, harapan kami adalah semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Jatiluwih dan menggaungkan bahwa di Jatiluwih ada festival setiap tahunnya,” pungkas Purna.
Seperti diketahui, Festival Jatiluwih telah berlangsung selama 5 tahun dan menjadi calendar of event desa setempat. (lan)