DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS- Berdasarkan rilis BPS Provinsi Bali, perkembangan harga
Provinsi Bali pada Januari 2024 tercatat deflasi sebesar -0,09% (mtm), lebih
rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,48% (mtm) dan inflasi
nasional sebesar 0,04% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali sebesar 2,61% (yoy),
sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 2,57% (yoy), namun
masih dalam range target inflasi 2,5±1 %.
Mulai Januari 2024, cakupan kota pemantauan inflasi di Bali
yang semula hanya Denpasar dan Singaraja, telah diperluas hingga mencakup
Badung dan Tabanan.
Secara spasial, Denpasar mengalami deflasi sebesar -0,08%
(mtm) atau inflasi sebesar 2,12% (yoy), Badung mengalami deflasi sebesar -0,01%
(mtm) atau inflasi sebesar 2,62% (yoy), Singaraja mengalami deflasi sebesar
-0,22% (mtm) atau inflasi sebesar 2,80% (yoy), dan Tabanan mengalami deflasi
sebesar -0,07% (mtm) atau inflasi sebesar 3,79% (yoy).
“Berdasarkan komoditasnya, deflasi pada Januari 2024
terutama bersumber dari penurunan harga cabai rawit, buncis, cabai merah,
bensin, dan ikan tongkol. Penurunan harga cabai rawit dan cabai merah terutama
didorong oleh peningkatan pasokan seiring dengan mulainya musim panen sementara
penurunan harga ikan tongkol didorong oleh peningkatan hasil tangkapan ikan
yang didukung cuaca yang kondusif untuk melaut,” tutur Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi Bali Erwin Soeriadimadja di Denpasar, Kamis (1/2/2024).
Ditambahkan, di sisi lain, komoditas penyumbang inflasi
adalah bawang merah, tomat, bawang putih, pisang, dan iuran pembuangan sampah.
Pada Februari 2024, risiko yang perlu diwaspadai antara lain
kenaikan harga beras, bawang merah, dan canang sari. Namun demikian, upaya
pemerintah dalam meningkatkan ketersediaan pasokan beras di Bali diprakirakan
dapat menahan laju kenaikan harga beras.
Sementara itu, dimulainya musim panen bawang merah pada sebagian
sentra produksi bawang di Bali juga diprakirakan menahan laju inflasi bawang
merah.
Menurut Erwin, TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali
secara konsisten melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K antara
lain: i) Pengoperasian gerai pengendalian inflasi milik Perumda di pasar
tradisional dan perluasan cakupan operasi pasar; ii) Persiapan operasional Rice
Milling Unit (RMU) modern di Jembrana dan pembangunan RMU Modern di Badung
untuk mendukung hilirisasi beras; iii) Pelaksanaan gerakan menanam cabai di lahan
tidur milik Pemda, pekarangan rumah, instansi pemerintah, dan sekolah SD-SMA;
iv) Melakukan feasibility study Pembangunan pasar induk di Bali dan melakukan
revitalisasi pasar di Tabanan; v) Peningkatan Kerja sama Antar Daerah (KAD) di
Provinsi Bali dan luar Bali; serta vi) Pemberian subsidi ongkos angkut,
termasuk untuk pelaksanaan operasi pasar. (lan)