DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS - Tumpek Wariga atau Tumpek Pengarah, Tumpek Pengatag, Tumpek Uduh, atau Tumpek Bubuh ini diperingati umat Hindu setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Saniscara Kliwon Wuku Wariga.
Pemerintah Kota Denpasar secara khusus melaksanakan Upacara Wana Kerthi dan Nguduh Sarwa Tumuwuh dalam rangka memperingati Tumpek Wariga yang dipusatkan di Pura Agung Lokanatha Denpasar pada Sabtu (8/7/2023).
Upacara dihadiri Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar, IB Alit Wiradana, Ketua MDA Kota Denpasar, AA Ketut Sudiana, Ketua PHDI Kota Denpasar, I Made Arka serta perwakilan Polresta Denpasar. Hadir pula Ketua TP. PKK Kota Denpasar, Ny. Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar, Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa beserta pimpinan OPD di lingkungan Pemkot Denpasar.
Diiringi dengan suara kidung dan gender wayang, rangkaian upacara Tumpek Wariga diawali ngaturang upakara, dilanjutkan ngelis dan persembahyangan bersama dipuput Ida Pedanda Gede Putra Keniten, Griya Tainsiat.
Usai persembahyangan, Wali Kota Jaya Negara bersama jajaran turut melaksanakan upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh. Hal ini dilaksanakan dengan memberikan persembahan kepada tumbuh tumbuhan dengan menggunakan persembahan bubuh lima jenis warna.
Dalam Tutur Lontar Bhagawan Agastyaprana, kelima jenis bubuh tersebut yakni pertama Bubur/bubuh beras putih dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan penghasil umbi-umbian.
Kedua, bubuh beras merah dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji-bijan. Ketiga bubuh sumsum hijau (kayu sugih) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah melalui penyerbukan bunga putik, seperti mangga, klengkeng, wani, kelapa, prapat (mangrove), dan lainnya.
Keempat bubuh ketan (warna kuning) dihaturkan kepada pepohonan yang berbuah pada batang, seperti nangka, durian, langsat, kepundung, dan lainnya. Dan kelima bubuh beras injin (beras hitam) dihaturkan kepada tumbuh-tumbuhan dan tanaman hias yang menghasilkan bunga, daun warna- warni, dan/atau minyak harum.
Bubuh tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa. "Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged". Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah dan berbunga banyak agar dapat dipersembahkan saat Galungan nanti.
Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, peringatan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh di Kota Denpasar memang rutin dilaksanakan. Hal ini juga sejalan dengan Instruksi Gubernur Bali Nomor 6 Tahun 2023 tentang Perayaan Tumpek Wariga dengan Upacara Wana Kerthi. Meski demikian, di Kota Denpasar, selain upacara Wana Kerthi juga dilaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh atau memberikan persembahan bubuh bagi tumbuh-tumbuhan.
Saat Tumpek Wariga, kata dia, upacara umumnya dilakukan di kebun atau tegalan. Dimana, Umat Hindu menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Ida Sang Hyang Widhi sebagai dewa tumbuh-tumbuhan.
Jaya Negara menambahkan, Tumpek Wariga merupakan hari untuk memberi penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Sehingga, perayaan Tumpek Wariga juga merupakan penjabaran dari salah satu inti konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam. (ags)