Pasutri pelaku TPPO saat di kantor polisi. (Foto : Polda Bali)
DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS- Polisi mengamankan pasangan suami istri bermana Agus
Kuswanto (51) dan Elly Yulianthini (51). Keduanya ditangkap karena terlibat
kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
Wakil Direktur Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Wadir Ditreskrimsus)
Polda Bali AKBP Ranefli Dian Candra menerangkan, dalam melakukan aksinya,
pasutri tersebut memakai Yayasan Diah Wisata milik mereka.
"Yayasan ini sudah ada sejak 2007, milik keluarga yang
dulunya dijalankan ayah tersangka yang sudah almarhum," terang Ranefli,
Selasa (20/6/2023).
Sejatinya yayasan ini hanya memberi pelatihan bagi calon
pekerja yang ingin ke luar negeri, namub belakangan disalahgunakan untuk modus
TPPO ini.
"Agus bertindak sebagai Ketua Yayasan dan istrinya Elly
sebagai Bendahara. Mereka merekrut calon pekerja untuk berangkat ke Turki dan
Selandia Baru dengan tarif berbeda," terangnya.
Aksi pasutri itu terungkap berdasar laporan korban I Putu
Erik Hendrawan (30). Pria yang bekerja di vila ini memiliki keinginan berangkat
ke luar negeri, sehingga ia datang ke kantor Yayasan Diah Wisata di Jalan
Padanggalak, Denpasar Timur pada Maret 2021.
Di sana, korban bertemu Agus Kusmanto dan diberikan arahan
terkait menjadi PMI (Pekerja Migran Indonesia) di Negara New Zeland (Selandia
Baru). Selain itu, ia juga diiming-imingi gaji sebesar Rp30 juta per bulan.
"Untuk dapat berangkat, korban harus membayar tarif
sebesar Rp85 juta. Setelah korban konsultasi dengan keluarga, dan akhirnya
memutuskan untuk mendaftar sebagai calon PMI di Yayasan tersebut,"
jelasnya.
Pada 8 Maret 2021, Erik mendaftar dengan membayar uang DP
sejumlah Rp10 juta dan dijanjikan berangkat pada Juli 2021. Rencananya ia
dipekerjakan di perkebunan.
Kemudian korban kembali melakukan pembayaran pada 16 Maret
2021 sebesar Rp25 juta, dan pada 20 April 2021 sebesar Rp35 juta, hingga
melunasi pembayaran Rp15 juta pada 11 Mei 2021.
Namun sampai waktu yang dijadwalkan, Erik tak juga
diberangkatkan. Ia sudah mencoba untuk menghubungi Agus selaku pemilik yayasan,
tapi nomor Hpnya sudah tidak aktif. Korban juga beberapa kali mendatangi yayasan
tersebut, sayangnya sudah ditutup.
Akibat kejadian ini, Erik yang dirugikan sebesar Rp85 juta
melapor ke SPKT Polda Bali. Korban terkejut karena polisi menyampaikan ada
beberapa laporan lain terhadap yayasan yang sama
"Kalau korban ada sekitar 30 orang, lima orang yang
sudah melapor, 25 sisanya belum dengan perkiraan kerugian Rp2 miliar,"
tutur mantan Kapolres Tabanan ini.
Bukan perkara mudah untuk menangkap kedua pelaku. Karena
mereka tak bisa ditemukan di kantor yayasan dan tempat tinggalnya di
Padanggalak, Denpasar Timur.
Dalam penyelidikan, petugas menerima informasi keduanya
telah pergi ke kampung halamannya di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Keduanya akhirnya dapat diringkus di Jalan Lintas Sumbawa Bima, Bukittinggi,
Sumbawa pada 9 Juni 2023.
Ranefli mengatakan, dalam pemeriksaan, diketahui yayasan
para tersangka tidak memiliki surat izin penempatan pekerja migran Indonesia
(SP2MI), sehingga ilegal untuk memberangkatkan pekerja ke luar negeri.
Kepada petugas, mereka mengaku baru menjalankan modus ini
sejak 2021. Uang yang diterima dari calon pekerja sebanyak Rp2 miliar, sebagian
besar sudah diserahkan kepada PT Mega Angkasa dan PT Arin Anugerah kurang lebih
Rp1,6 miliar.
"Pengakuan mereka seperti itu, saat ini aliran dana
masih didalami oleh penyidik," kata AKBP Ranefli. (agn)