Ny Putri Koster, Senin (8/5/2023) saat menutup pelaksanaan Pameran IKM Bali Bangkit Tahap III Tahun 2023 di Gedung Ksirarnawa, Art Centre Denpasar. (Foto: Hum)
DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS- Ketua Dekranasda Provinsi Bali, Ny. Putri Koster
mengingatkan seluruh masyarakat Bali, apapun sukunya, apapun agamanya, jika
telah berada di Bali wajib untuk turut melestarikan budaya dan tradisi Bali.
Penegasan itu disampaikan Ny Putri Koster, Senin (8/5/2023) saat
menutup pelaksanaan Pameran IKM Bali Bangkit Tahap III Tahun 2023 di Gedung
Ksirarnawa, Art Centre Denpasar.
Dikatakan Ny Putri Koster, melestarikan budaya dan tradisi
Bali, salah satunya dengan memanfaatkan produk lokal asli Bali seperti hasil tenun
dan kerajinan Bali.
“Pengembangan dan pemanfaatan produk lokal asli Bali
terangkat saat diadakannya IKM Bali Bangkit yang telah menjadi salah satu
momentum kemajuan industri tenun dan kerajinan Bali. Untuk itu mari seluruh
masyarakat apapun sukunya, agamanya, jika telah berada di Bali wajib untuk
turut melestarikan budaya dan tradisi Bali,” tuturnya.
Bunda Putri menyinggung sejarah dilaksanakannya Pameran IKM
Bali Bangkit yang tanpa terasa telah berjalan selama hampir 3 tahun.
“Kita sudah mulai sejak masa pandemi dimana saat itu kita
kebingungan apa yang bisa kita lakukan untuk para pengrajin,” ungkap Bunda
Putri.
Didukung dengan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan
produk lokal asli Bali, IKM Bali Bangkit menjadi salah satu momentum kemajuan
industri tenun dan kerajinan Bali. Bahkan omzet yang diperoleh pengrajin meningkat
jauh diatas penghasilan rata-rata sebelum pandemi melanda.
“Jadi kita buktikan di tahun 2021 awal sampai 2022, omzet
penjualan mereka total mencapai Rp 51 milyar,” ungkap Bunda Putri.
Menurut Bunda Putri, diperlukan sinergi yang kuat agar tenun
Bali dapat lestari.
“Saya bisa menyimpulkan seperti itu dari keberadaan
kain-kain tenun kita, utamanya salah satu kain yang sangat langka yang hanya
dimiliki oleh Bali dan hanya ada di Desa Pegringsingan yang namanya kain Tenun
Double Ikat Gringsing,” katanya.
Menurutnya, kita perlu belajar dari bagaimana Desa Tenganan Pegringsingan
menjaga warisan leluhurnya. “Mereka menenun, mereka menjual dan mereka juga
yang pertama memakainya,” ujar Bunda Putri.
Hal ini pun didukung dengan adanya aturan, awig-awig dan
pararem yang mengharuskan masyarakat Desa Tenganan untuk hanya menggunakan kain
Tenun Pegringsingan saat melaksanakan yadnya di desa.
“Jadi hulu dan hilirnya harus kita jaga dengan baik sehingga
nantinya kita bisa mewariskan kepada anak cucu kita,” tegas Bunda Putri.
Ini adalah warisan budaya yang sangat luar biasa dan harus
dilestarikan dengan baik. “Ketika ini hilang betapa berdosanya kita, tidak
mampu mewariskan kepada anak cucu kita. Selesai di generasi kita karena salah
memperlakukan kain-kain tenun tradisional kita,” ungkapnya.
Ia juga meminta agar upaya pelestarian ini dilakukan oleh
seluruh masyarakat Bali, apapun sukunya, apapun agamanya, jika telah berada di
Bali wajib untuk turut melestarikan budaya dan tradisi Bali. Tidak hanya kain
tenun dan songket Bali, namun juga aksara, bahasa dan sastra Bali.
Sementara berdasarkan survei yang dilakukan oleh Universitas
Hindu Indonesia (UNHI) Bali, hanya 13% dari kain tenun endek Bali yang beredar
di masyarakat merupakan produk asli yang dibuat di Bali. Sementara 87% sisanya
merupakan produk luar Bali yang mendompleng atau melabeli diri dengan nama kain
tenun endek Bali.
Penutupan pameran IKM Bali Bangkit kali ini juga dihiasi dengan
penampilan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Bali serta
perwakilan berbagai Organisasi Masyarakat (Ormas) yang ada Bali. (hum)