Perspectives News

Prihatin Adanya 3,2 Juta Perokok Anak, Komunitas Muda Tuntut Negara Lindungi Anak Indonesia

BALI, PERSPECTIVESNEWS–  Local Committee the 1st TFYLF Diah Pradnya mengaku prihatin dengan jumlah perokok anak di Indonesia. Bahkan pihaknya mewakili komunitas muda menuntut negara untuk hadir melindungi anak Indonesia dari bahaya merokok.

“Mengutip publikasi Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, sudah terdapat 3,2 juta perokok anak di Indonesia. Ini sungguh memprihatinkan. Gelaran ke tujuh APCAT Tobacco Free Youth Leader Festival (TFYLF) ini merupakan bentuk kepedulian kami sebagai perwakilan anak muda terhadap masalah tembakau/rokok yang tidak kunjung membaik  sampai detik ini,” ujarnya.

Diah Pradnya berharap, negara untuk hadir melindungi anak Indonesia dari bahaya merokok.

Hal senada disampaikan Luh Putu Sintya Devi Agustin, Ketua Kelompok Mahasiswa Peduli Bahaya Tembakau (KMPT), Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Bali.

Menurutnya, tidak hanya rokok konvensional, anak-anak muda kini harus menghadapi paparan berbahaya dari rokok elektrik.

Berdasarkan publikasi Riskesdas 2018, berdasarkan karakteristik kelompok umur, perokok elektrik justru paling tinggi dikonsumsi oleh kelompok umur 10-14 tahun dan 15-19 tahun.

“Fakta tersebut menunjukkan bahwa memang kehadiran rokok elektrik bukan menjadi solusi, melainkan menjadi beban bagi negara. Branding rokok elektrik yang fokus mengincar perokok dewasa hanya omong kosong belaka. Anak-anak muda, termasuk anak-anak di bawah umur menjadi target utama mereka,” ungkap Sintya.

Kegiatan yang berlangsung sejak tanggal 1-3 Desember 2022 di Prime Plaza Hotel Sanur Bali tersebut, tidak hanya mengumpulkan para Walikota/Bupati, legislator, dan pegiat pro-kesehatan publik dari 12 negara di Asia Pasifik, melainkan juga perwakilan komunitas muda peduli bahaya rokok di Indonesia.

Komunitas muda yang hadir diantaranya Udayana Center for Non-Communicable Disease, Tobacco Control, and Lung Health (Udayana Central), Ikatan Ahli Kelompok Masyarakat Indonesia (IAKMI), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI).

Selain itu juga ada Kelompok Mahasiswa Peduli Bahaya Tembakau (KMPT) Universitas Udayana, Sinergi Bersama Mengurangi Asap Rokok di Kulon Progo (SemarKu), TC Program Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia (ASPEKSINDO) dan Rumah Mediasi Indonesia (RMI) berkolaborasi menyelenggarakan the 1st APCAT Tobacco Free Youth Leader Festival (TFYLF).

Pada pagelaran perdana TFYLF, sekitar 200 peserta memadati Ruang Pertemuan Denpasar, Hotel Prime Plaza Sanur, Bali.

Selain mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan perwakilan pemimpin muda, para peserta juga berkesempatan berdiskusi langsung dengan pemimpin kaliber internasional seperti Bima Arya, Walikota Bogor, Indonesia, dan Han Kosal, Deputi Gubernur Kampong Cham, Kamboja.

Keduanya tidak hanya dianggap sukses menerapkan kebijakan pengendalian tembakau yang ketat di daerah masing-masing, melainkan turut sukses melibatkan generasi muda dalam proses perubahan tersebut.

Kegiatan TFYLF juga dimeriahkan dengan berbagai games edukasi bahaya rokok dari Semarku, pagelaran musik, dan kreativitas menarik lainnya yang dapat diakses gratis di TC Youth Corner.

“Kami berharap kegiatan TFYLF bisa rutin diselenggarakan dengan melibatkan berbagai komunitas muda untuk melipatgandakan pergerakan perlindungan anak, khususnya dalam pemenuhan hak kesehatan anak terbebas dari bahaya rokok,“ ujar Hary Krisna, tim kreatif Linkar Inisiatif, Jaringan komunitas perlindungan anak LPAI, yang aktif mengkampanyekan Rumah Tanpa Asap Rokok atau Smoke Free Homes.

Mengenai pesan penting yang ingin disampaikan kepada pemerintah RI, Ni Wayan Sriyanti, pelajar 15 tahun, menegaskan perlunya pelarangan total iklan, promosi, dan sponsor rokok.

“Sejauh ini, kebijakan perlindungan anak khususnya terkait iklan, promosi dan sponsorsip rokok belum komprehensif dan tidak berpihak pada pemenuhan dan perlindungan hak anak serta kelompok rentan. Pada kesempatan yang baik ini, kami mendeklarasikannya sebagai tuntutan dan pengingat agar negara hadir dan serius menyikapinya,”tegas Duta Anak Nasional-Kongres Anak Indonesia 2022 ini.

Beberapa Bupati dan Walikota turut hadir dalam APCAT ketujuh di Bali. (Foto: Ist)

Masa depan di tangan Presiden Jokowi

Nashir Efendi, Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah 2020-2022 menjelaskan, tidak ada yang patut dibanggakan dengan tingginya jumlah perokok anak di Indonesia. Pimpinan sekitar 7 juta pelajar Muhammadiyah tersebut juga menyampaikan bahwa visi Indonesia Emas 2045 akan sangat sulit dicapai.

“Tingginya angka konsumsi rokok anak-anak di bawah umur merupakan aib bagi pemerintah RI, khususnya bagi Pak Jokowi selaku pimpinan tertinggi negara kita. Dibanding Indonesia Emas 2045, saya malah melihat Indonesia Hitam 2045. Hal ini sangat mungkin terjadi apabila kita masih terus berkompromi dengan rokok,”tutup Nashir.   (lan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama