Theresia Suharti (77), Maestro Tari Golek Lambangsari, Yogyakarta. (Foto: Yayasan Bali Purnati)
JAKARTA, PERSPECTIVESNEWS- Yayasan Bali Purnati menggelar Panggung Maestro VII, di Museum Nasional Indonesia, Jakarta pada 10 – 11 Desember 2024.
Panggung Maestro VII adalah pergelaran seni pertunjukan tradisi nusantara yang dipersembahkan oleh Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Direktorat Perfilman, Musik dan Media, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia, Indonesian Heritage Agency, Museum Nasional Indonesia, dan didukung oleh Yayasan Taut Seni dan Bumi Purnati Indonesia.
Panggung Maestro menjadi panggung penghargaan bagi para maestro yang telah mendedikasikan hidup mereka dalam menjaga dan merawat seni tradisi sehingga budaya bangsa kita tetap lestari hingga kini.
Sepanjang karier yang umumnya lebih dari setengah abad, para maestro itu telah mendarmabaktikan kecakapan mereka menggubah karya seni tradisi, melakoninya dengan penuh kesetiaan, sekaligus mewariskannya kepada generasi berikutnya.
Restu Imansari Kusumaningrum, Dewan Artistik Panggung Maestro menjelaskan, penampilan para maestro kali ini, diharapkan bisa meningkatkan apresiasi, menumbuhkan kepedulian, dan memantik daya kreatif dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan seni dan budaya di Indonesia.
“Kekayaan dan keragaman kesenian tradisi Indonesia bukanlah warisan benda mati, melainkan aset hidup yang sangat berharga, yang dapat memperkuat kearifan sosial, ketahanan martabat, dan pertumbuhan sosial-ekonomi seniman dan masyarakat pendukungnya,” terang Restu dalam rilis yang diterima perspectivesnews.com., Selasa (10/12/2024).
Lebih dari itu, kesenian tradisi dengan segala kekayaan dan keragamannya sudah semestinya bisa menjadi sumber penciptaan bagi seniman modern yang hendak memperluas, memperdalam atau memperbaharui karya mereka. Bahkan, jika perlu, ia bisa berdiri sejajar dan menjadi lawan dialog seni modern dalam menciptakan kesenian yang lebih bermutu.
Panggung Maestro pertama diselenggarakan pada Juli 2023 dan yang ke-7 (ketujuh) pada 10-11 Desember 2024 di Museum Nasional Indonesia.
Panggung Maestro kali ini menghadirkan maestro seni tradisi dari Yogyakarta, Betawi, Kepulauan Riau.
Jika Panggung Maestro berfokus kepada penampilan para empu seni tradisi di atas panggung, Lokakarya adalah forum yang mempertemukan maestro dengan pengunjung dalam perbincangan dan perkenalan seni yang mereka geluti selama ini.
Lokakarya ini adalah kesempatan berharga bagi pengunjung, terlebih anak-anak, untuk berkenalan dengan para maestro, berbincang-bincang dan seraya memainkan alat musik tertentu, menyanyikan lagu-lagu pengiring, dan belajar gerak tari yang telah menjadi warisan budaya yang penting di masing-masing daerah.
Panggung Maestro 2023 dan 2024 terselenggara atas dukungan Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid; Direktur Perfilman, Musik, dan Media Ahmad Mahendra dan Sulistyo Tirtokusumo; Endo Suanda dan Restu Imansari Kusumaningrum sebagai penggagas Panggung Maestro, serta manajemen Bumi Purnati Indonesia dan Yayasan Bali Purnati.
Panggung ini menyajikan hasil imersif dan pengalaman tulen seni pertunjukan tradisional Indonesia. (lan)