Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bali, I Nyoman Sudiasa. (Foto: Rah)
DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali menyebutkan adanya jumlah penderita Tuberkulosis (TBC) atau TB sebanyak 6.497 kasus dan target tertangani sebesar 90 % dari total kasus yang ditemukan tersebut.
Dari jumlah tersebut, Dinkes baru menemukan 69% kasus. Hingga akhir Oktober 2024, Dinkes Bali mencatat kasus TBC terbanyak berada di Kota Denpasar dengan 1.599 kasus, diikuti Buleleng 881 kasus dan Badung 652 kasus.
"Mudah-mudahan nanti sampai akhir tahun, target minimal 90% itu bisa kita capai. Kalau untuk keberhasilan pengobatan, target kita sama yakni 90% dari 100 penderita yang diobati. Minimal 90 kasus itu harus sembuh atau lengkap pengobatannya," ungkap Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Bali, I Nyoman Sudiasa kepada perspectivesnews.com di kantornya, di Denpasar, Jumat (8/11/2024).
Sudiasa menegaskan, untuk mengupayakan hal tersebut, Dinkes Bali menjalankan strategi penemuan kasus secara aktif melalui TR (Treatment Coverage) atau cakupan pengobatan, yaitu mengidentifikasi dan melacak kasus TBC baru serta mengobati secara lengkap.
Penemuan kasus TBC dilakukan melalui investigasi kontak erat, pemeriksaan di tempat khusus seperti lembaga pemasyarakatan (Lapas) dan kunjungan ke rumah warga.
Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan seluruh kasus TBC terdeteksi dan tertangani dengan baik, sehingga rantai penularan dapat terputus.
Dinkes Bali memprioritaskan SR (Succses Rate) atau tingkat keberhasilan pengobatan. Artinya, dari 100 pasien yang menerima pengobatan, diharapkan 90 orang diantaranya berhasil sembuh setelah menjalani perawatan selama 6 bulan.
Untuk memastikan keberhasilan ini, pasien didampingi dalam pengambilan obat dan diawasi secara berkala.
"Nah ini yang mau kita lihat. Kalau sudah ada yang tertular, segera kita obati. Kalau ada yang lebih tertular, kita cegah penularannya. Itu strategi kita," lanjut Sudiasa.
Pemeriksaan dan Pengobatan Gratis
Sudiasa juga memastikan pelayanan pemeriksaan dan pengobatan Tuberkulosis (TBC) atau TB tak dipungut biaya alias gratis karena dicover sepenuhnya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Selain BPJS Kesehatan juga didukung pendanaan dari The Global Fund yaitu lembaga keuangan internasional yang berdedikasi mengumpulkan dan menyalurkan dana untuk program penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
"Betul, pemeriksaan dan pelayanan TBC tidak dipungut biaya alias gratis. Yang tidak punya BPJS Kesehatan juga tidak perlu khawatir karena nanti beberapa pemeriksaan yang tidak bisa dikover BPJS Kesehatan, akan dibiayai. Bisa diklaim nanti di Global Fund," kata Sudiasa.
Menurut Sudiasa lagi, seluruh fasilitas kesehatan (Faskes) bisa menerima pasien TB. Masyarakat juga tidak perlu takut datang karena semua telah difasilitasi oleh BPJS Kesehatan dan The Global Fund.
"Datang saja ke pelayanan kesehatan, itu pasti akan difasilitasi. Yang tidak punya BPJS nanti akan diarahkan mau dibawa kemana pelayanannya, sementara yang tidak punya BPJS, juga nanti ada arahannya juga," jelas Sudiasa.
Sudiasa mengklaim, seluruh tenaga kesehatan (Nakes) di Bali telah mempunyai kemampuan untuk menangani pasien dengan TB.
"Sudah mampu melakukan tata laksana untuk TBC di semua Faskes kita. Jadi sudah terlatih semua itu. Mulai dari klinik-klinik swasta pun kita sudah siapkan. Jadi sekarang itu intinya adalah bagaimana semua Faskes itu berperan untuk menemukan kasus itu, termasuk praktek dokter-dokter mandiri. Itu kita lakukan selama ini," tutup Sudiasa. (rah)