Casual Talk ”Keluarga Digital Savvy: PeKA Bertransaksi, Aman Terlindungi” yang digelar BI Bali, di Taman Budaya Denpasar, Jumat (16/8/2024), menghadirkan tiga narasumber berkompeten di bidangnya. (Foto: Perspectivesnews)
DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Pekan QRIS Nasional (PQN) 2024 yang berlangsung pada 12 – 18 Agustus 2024 menjadi bagian dari Gerakan Bangga Buatan Indonesia dan Gerakan Bangga Berwisata di Indonesia.
PQN 2024 mengusung tema “Pakai QRIS untuk Indonesia Maju, QRIS-nya Satu, Menangnya Banyak!”
Rangkaian PQN 2024 juga menggelar casual talk bertema ”Keluarga Digital Savvy: PeKA Bertransaksi, Aman Terlindungi”.
Kegiatan ini dikemas secara menarik dengan menghadirkan narasumber ahli dan influencer, serta dibuka oleh Advisor Kantor Perwakilan Bank Indonesia, Butet Linda H Pandjaitan, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Jumat (16/8/2024).
Butet Linda H Pandjaitan menegaskan, Bank Indonesia terus berkomitmen untuk memperluas akseptasi digital. Sinergi dari seluruh pihak diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas penggunaan QRIS yang pada akhirnya akan berdampak positif pada perekonomian Bali.
Ditambahkan Butet Linda, transaksi QRIS di Bali menunjukkan tren yang meningkat. Hingga saat ini, jumlah pengguna QRIS di Bali telah mencapai 1.040.806 pengguna (tumbuh 27,6% yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp1,106 triliun (tumbuh 130% yoy). Sementara itu, jumlah merchant pengguna QRIS mencapai 857.671 merchant, dengan 96,2% di antaranya merupakan UMKM.
Casual Talk ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Wakil Ketua Umum IdEA Budi Primawan, Ermawan Adreastanto dari Bank Indonesia, dan influencer Cici Panda.
Diskusi membahas pentingnya literasi digital dalam menjaga keamanan transaksi digital.
Dalam kesempatan tersebut, Cici Panda yang juga seorang influencer, berbagi pengalamannya menjadi target penipuan digital.
Ia menceritakan bagaimana dirinya hampir menjadi korban penipuan setelah menerima file APK melalui pesan WhatsApp. Beruntung, ia segera menyadari bahwa file tersebut adalah bagian dari modus penipuan dan berhasil mengamankan perangkatnya.
Menurut Cici Panda, pemanfaatan teknologi digital yang semakin luas memang memudahkan kehidupan sehari-hari, tetapi juga memiliki risiko jika tidak dikelola dengan baik.
“Penipuan melalui kanal digital bisa saja terjadi akibat modus yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Para pelaku sering kali menargetkan korban yang kurang waspada melalui berbagai cara, salah satunya melalui file APK yang belakangan ini semakin marak,” jelasnya.
Cici Panda, yang memiliki nama asli Veronica Felicia Kumala, menambahkan bahwa literasi digital sangat penting di era digital saat ini. Ia mengapresiasi adanya kegiatan seperti ini yang tidak hanya berbagi pengalaman, tetapi juga memberikan informasi penting mengenai keamanan transaksi digital.
“Saat ini, literasi digital banyak diberikan oleh lembaga keuangan dan perlindungan konsumen agar masyarakat lebih bijak dalam menggunakan transaksi digital,” tutupnya.
Sementara itu, Ermawan Adreastanto dari Bank Indonesia juga memberikan pesan penting kepada masyarakat melalui program penguatan konsumen dengan konsep ‘Eling Raga Mesari’.
Konsep ini mendorong masyarakat untuk selalu waspada dan sadar akan pentingnya melindungi diri di tengah perkembangan teknologi yang pesat.
“Mari kita mulai dari diri sendiri untuk mawas diri, selain itu juga ada lembaga lain yang siap memproteksi dari kejahatan digital yang ada,” ujar Ermawan. (lan)