Perspectives News

Jaringan Masyarakat Sipil Tolak Gelaran World Tobacco Asia di Surabaya

 

Sejumlah jaringan masyarakat sipil seperti aktivis dan akademisi menolak gelaran World Tobacco Asia (WTA) di Surabaya, Oktober mendatang. Konferensi pers media terkait penolakan tersebut, Jumat (2/8/2024) secara daring.  (Foto: Dok)

JAKARTA, PERSPECTIVESNEWS- Dinilai mereduksi upaya perlindungan hak kesehatan anak, jaringan masyarakat sipil menolak gelaran World Tobacco Asia di Surabaya Oktober mendatang.

Sejumlah aktifis, ormas keagamaan dan akademisi Indonesia sepakat menolak perayaan World Tobacco Asia. Mereka berasal dari jaringan masyarakat sipil untuk pengendalian tembakau.

Mereka juga menentang tegas kegiatan-kegiatan yang dinilai dapat mereduksi upaya perlindungan hak kesehatan masyarakat, khususnya anak dan remaja.

Penolakan pertama datang dari Ketua LPAI, Seto Mulyadi atau yang lebih dikenal dengan panggilan Kak Seto.

Kak Seto menyatakan dengan tegas menolak kegiatan-kegiatan seperti World Tobacco Asia dan World Vape Show di Surabaya pada 9-10 Oktober 2024.

“Kedua acara tersebut dinilai dapat mereduksi upaya perlindungan hak kesehatan anak, sejalan dengan upaya Surabaya untuk menjadi Kota Layak Anak paripurna tahun 2024, yang saat ini telah meraih gelar Kota Layak Anak sebanyak enam kali,” tegasnya saat konferensi pers media secara daring di Jakarta, Jumat (2/8/2024).

Hal senada juga diungkapkan Wakil Ketua 4 Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah, Emma Rachmawati.

Emma menegaskan bahwa Muhammadiyah dan seluruh warganya berharap agar seluruh pihak dapat ikut mengawal dan mengawasi penerapannya di lapangan, termasuk jika ada pihak yang tidak menaati dan melanggar aturan dalam PP. Contohnya seperti penyelenggaraan World Tobacco Asia (WTA) di Surabaya pada 9-10 Oktober.

“Kami mendukung perlindungan anak-anak dan remaja agar tidak terpengaruh oleh eksposure lingkungan yang negatif sejak dini yang berasal dari industri makanan, minuman, rokok yang jelas-jelas memberikan dampak buruk bagi kesehatan,” ungkap Emma.

Senior Advicer Center of Human Economic Development Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Mukhaer Pakkana mengingatkan, kegiatan promosi terselubung industri candu kontra produktif dengan semangat yang diusung PP 28/2024.

“Pameran seperti WTA dapat mendukung ketergantungan ekonomi pada industri tembakau, yang bisa menjadi masalah ketika negara atau daerah berusaha untuk mengurangi konsumsi tembakau untuk meningkatkan kesehatan masyarakat,” pungkasnya.  (lan)

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama