Suasana pembukaan Rembug Utama dan Agro Expo KTNA 2024 di Tanah Lot, Tabanan, Sabtu (27/7/2024). (Foto: Hms Prov. Bali)
TABANAN, PERSPECTIVESNEWS- Penjabat (Pj) Gubernur Bali SM Mahendra Jaya mengharapkan acara Rembug Utama dan Agro Expo Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) dapat menghasilkan keputusan dan rekomendasi di bidang pangan untuk ekosistem pertanian berkelanjutan.
“Dengan hadirnya teknologi terbaik, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan minat generasi muda untuk kembali bertani,” kata Pj. Gubernur dalam pembukaan Rembug Utama dan Agro Expo KTNA 2024 di Tanah Lot, Tabanan, Sabtu (27/7/2024).
Menurut Pj. Gubernur, momen ini adalah event luar biasa yang menjadi wahana berkumpulnya pahlawan pangan dari seluruh Indonesia.
“Semoga taksu vibrasi Bali bisa memberikan kesuksesan, dan saya menyambut gembira forum pertemuan ini untuk membagi pengalaman serta pengetahuan, membangun kerjasama, dan jejaring antar petani serta nelayan untuk meningkatkan kemandirian,” tuturnya.
Mahendra Jaya menekankan, kemandirian pangan harus menjadi upaya bersama karena kekurangan pangan dapat berdampak luas, seperti memicu inflasi dan masalah sosial lainnya. Bali sebagai kawasan wisata internasional dengan jumlah wisatawan 16 juta orang pada tahun 2023 dan diprediksi 20 juta orang pada tahun 2024, memerlukan ketersediaan pangan yang konsisten,” katanya.
Terlebih lagi, menurut Pj. Gubernur, di tengah realita masifnya alih fungsi lahan, ketersediaan air, dan perubahan iklim yang menjadi tantangan.
“Karenanya, untuk mewujudkan swasembada perlu sinergi bersama. Mari bergandengan tangan antara pusat dan daerah untuk membangun negeri dan mengembangkan sektor pertanian,” tandasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian RI, Dedi Nursyamsi mengatakan, petani milenial sebagai penerus pertanian saat ini dan di masa depan akan menjadi andalan pertanian.
“Presiden Soekarno saat meresmikan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia tahun 1952 mengatakan, pangan adalah hidup dan matinya suatu bangsa. Hanya bangsa yang memenuhi pangannya sendiri yang eksis. Kalau tidak, tunggu kehancuran. Kita harus lakukan upaya revolusioner secara radikal dan habis-habisan. Itu masih sangat relevan,” tukasnya.
“Ternyata, Presiden terpilih Prabowo Subianto juga pernah mengatakan bahwa ketahanan nasional harus berlandaskan ketahanan pangan. Tidak ada Indonesia tanpa pangannya; tidak boleh terganggu kalau masih cinta NKRI,” ungkapnya lagi.
Karena itu, Dedi menegaskan, tidak akan ada pangan tanpa pertanian dan tanpa petani serta nelayan. “Petani dan KTNA adalah penyangga pangan negara kita. Pangan tidak boleh bermasalah. Lebih dari 60 negara mengalami krisis pangan saat ini, dan jangan sampai mampir di Indonesia,” katanya.
El Niño dan kemarau tahun lalu, dikatakan Dedi, mengakibatkan curah hujan berkurang. Imbasnya, produksi beras turun signifikan dan untuk kebutuhan konsumsi kurang 1 juta ton tahun lalu.
“Saya agak khawatir tahun 2024 ini, di mana BPS dalam rilisnya mengatakan produksi turun 17 persen dibandingkan tahun lalu. Kalau defisit beras berlanjut, ini berbahaya. Pangan tidak boleh bermasalah. Solusi impor? Negara lain juga menahan untuk warga sendiri. Tidak ada yang tahu krisis pangan sampai kapan. Punya uang belum tentu dapat beras. Mau tidak mau kita harus swasembada, genjot produksi kita sampai mencukupi konsumsi dan cadangan beras kita. Swasembada bisa tercapai bila petani kita semua turun ke sawah,” tandasnya lagi.
Acara Rembug dan Agro Expo ini merupakan rangkaian ulang tahun KTNA ke-53 yang menggandeng Kementerian Pertanian, Pemprov Bali, dan Pemkab Tabanan.
Gelaran rembuk diadakan pada 26-29 Juli dengan kegiatan temu wicara dan studi banding teknologi mutakhir dunia pertanian sebagai agenda utama, serta pameran mesin, bibit unggul, pupuk, sarana, dan hasil pertanian.
Acara ini diikuti oleh 85 stand pertanian dan 30 stand UMKM dengan total peserta yang hadir sebanyak 3.124 orang dari seluruh Indonesia. (zil/hum)