Perspectives News

Pemerintah Indonesia dan UEA Lakukan Peletakan Batu Pertama IMRC di KEK Kura Kura Bali



 


Kemenko Marves RI Luhut B Panjaitan bersama Kementrian Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA) saat peletakan batu pertama pembangunan IMRC yang berlokasi di KEK Kura Kura Bali, Minggu (19/5/2024).  (Foto: Dok)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS- Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI Luhut B Panjaitan bersama Kementrian Perubahan Iklim dan Lingkungan Uni Emirat Arab (UEA) menggelar peletakan batu pertama (ground breaking) untuk pembangunan International Mangrove Research Center (IMRC).

Berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, pada Minggu (19/5/2024), acara ini diadakan bertepatan dengan momentum World Water Forum (WWF) ke-10 yang diselenggarakan di Bali pada 18-25 Mei 2024.

IMRC merupakan kesepakatan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan UEA, setelah Indonesia ditunjuk sebagai Ketua Aliansi Mangrove untuk Iklim (Mangrove Alliance for Climate). Inisiatif yang dilakukan kedua negara ini mempunyai misi untuk memulihkan dan melindungi 15 juta hektar bakau di kawasan global hingga tahun 2030, serta meningkatkan penelitian dan inovasi, juga mendorong pertukaran ilmu pengetahuan mengenai kawasan bakau dan komunitas global.

Peletakan batu pertama ini dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi dari kedua negara seperti Luhut Binsar Panjaitan (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi - RI) dan Amna bint Abdullah Al Dahak (Menteri Perubahan Iklim dan Lingkungan - UEA).

​“KEK Kura Kura Bali mendukung inisiatif restorasi dan konservasi bakau di Indonesia yang tertuang dalam kerjasama antara pemerintah Indonesia dan UAE melalui Pembangunan International Mangrove Research Center (IMRC). Hal ini sejalan dengan komitmen keberlanjutan kami terhadap lingkungan dan memperkuat inisiatif hijau yang kami lakukan selama ini melalui konservasi bakau  dan konservasi lingkungan lainnya, ” ujar Tuti Hadiputranto, Direktur Utama KEK Kura Kura Bali.

IMRC akan dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar yang terdiri dari berbagai fungsi, khususnya penelitian. Berdasarkan arahan dan peraturan pemerintah, arsitektur pembangunan ini akan mengedepankan faktor alam, serta keberlanjutan, desain hijau dan juga unsur budaya Bali.

Komitmen keberlanjutan KEK Kura Kura Bali tidak hanya dijalankan melalui inisiatif konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat sekitar namun juga dituangkan dengan keberadaan United in Diversity Bali Campus (UID) yang merupakan pusat pendidikan, penelitian, inovasi dan konservasi lingkungan kelas dunia.

“Sejalan dengan salah satu misi UID Campus yang menekankan semangat kolaborasi, Kura Kura Bali tidak hanya senantiasa mendukung berbagai inisiatif dalam bidang penelitian dan inovasi, namun juga pemberdayaan komunitas lokal dengan menyediakan program di bidang pendidikan dan kebudayaan untuk komunitas di Desa Serangan,” tutup Tuti.  (lan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama