Bank Indonesia Provinsi Bali menyelenggarakan Temu Responden 2023 bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa (7/11/2023). (Foto: BI Bali)
NUSA DUA, PERSPECTIVESNEWS- Bank Indonesia Provinsi
Bali menyelenggarakan kegiatan bertajuk Temu Responden 2023 bertempat di Bali
Nusa Dua Convention Center, Selasa (7/11/2023). Tema yang diangkat adalah
“Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Bali Melalui Quality Tourism untuk
Bali yang Hijau, Tangguh, dan Sejahtera”.
Kegiatan ini menghadirkan empat narasumber yaitu 1) Deputi
Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, M. Neil El Himam; 2) Deputi Gubernur Bank Indonesia Periode 2018 –
2023, Dody Budi Waluyo; 3) Gubernur Bali Periode 2018 – 2023, Dr. Ir. Wayan
Koster, M.M.; dan 4) Jurnalis yang juga Travel Content Creator sekaligus
Pengusaha Travel, Marvin Sulistio.
Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Bali, Erwin Soeriadimadja menyampaikan, Temu Responden merupakan bentuk
apresiasi Bank Indonesia kepada responden survei dan liaison yang telah
memberikan data dan informasi mengenai indikator perkembangan ekonomi di
Provinsi Bali.
Erwin menambahkan bahwa Bank Indonesia Provinsi Bali telah
melaksanakan 11 survei rutin dan 6 survei strategis, serta kegiatan liaison
kepada pelaku usaha. Hasil survei dan liaison tersebut digunakan Bank Indonesia
sebagai salah satu masukan penting dalam memberikan rekomendasi kepada
pemerintah daerah. Tema yang diangkat pada Temu Responden kali ini
dilatarbelakangi bahwa sektor pariwisata memberikan andil terbesar pada
pertumbuhan ekonomi Bali dengan kontribusi sebesar 54,64%.
“Ekonomi Bali terus menunjukkan pemulihan dan
mendekati long term trend growth pre-pandemi seiring dengan
peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Bali. Perkiraan jumlah wisatawan
mancanegara ke Bali tahun 2023 sebanyak 5,25 juta atau meningkat dibandingkan
tahun 2022 yang mencapai 2,16 juta,” ucap Erwin.
Erwin juga menekankan, dengan semakin bertambahnya wisatawan
ke Bali, perlu disertai dengan kesadaran untuk terus meningkatkan kualitas
ekonomi Bali dengan menyeimbangkan struktur dan fundamental ekonomi termasuk
menjaga keaslian dan keunggulan alam, manusia, dan budaya.
Bank Indonesia senantiasa mendukung pengembangan desa wisata
sebagai quality tourism melalui peningkatan kualitas 3A2P
(akses, atraksi, amenitas, promosi dan pelaku) guna mewujudkan pertumbuhan
ekonomi Bali yang berkelanjutan dan inklusif.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Periode 2018 – 2023, Dody
Budi Waluyo menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III 2023
cukup tinggi yaitu sebesar 5,35% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,94% (yoy).
Lebih lanjut, perekonomian Indonesia tahun 2023 diprakirakan
tetap tumbuh baik dan berdaya tahan. Konsumsi swasta diprakirakan masih tumbuh
kuat sejalan dengan keyakinan konsumen yang masih tinggi dan didukung oleh
terkendalinya inflasi nasional. Namun demikian terdapat tantangan terutama
ekonomi global yang diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan meningkatnya
ketidakpastian yang disertai divergensi pertumbuhan antarnegara yang semakin
melebar.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat respons bauran
kebijakan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Kebijakan moneter terus diarahkan untuk menjaga stabilitas,
sementara kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pengembangan pasar uang
dan pasar valas, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau, tetap diarahkan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (pro-growth),” tutup
Dody.
Gubernur Bali Periode 2018-2023, Dr. Ir. Wayan Koster, M.M.
menyampaikan, sektor pariwisata Bali telah bangkit kembali pascapandemi
Covid-19. Pelaku UMKM kreatif terus berkolaborasi untuk kebangkitan pariwisata.
Koster menyampaikan bahwa pariwisata Bali ke depan perlu diarahkan pada
pengembangan “desa budaya”, bukan hanya desa wisata.
“Pariwisata Bali dapat tumbuh berkelanjutan apabila
kelestarian budaya tetap dijaga. Desa budaya yang dikelola dengan baik akan
menjadi pilar budaya yang kuat. Selanjutnya, desa budaya yang didukung sarana
prasarana dan infrastruktur yang memadai akan menjadi daya tarik bagi wisatawan
untuk berkunjung ke desa budaya tersebut,” ungkap Koster.
Sementara itu, Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk
Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Muhammad Neil El Himam
menyampaikan mengenai Ekonomi Kreatif dari sisi kebijakan.
Neil menyebut, potensi desa wisata di Bali dapat mengarah
pada desa budaya. Selain itu, untuk membangun ekonomi kreatif perlu
mengedepankan inovasi, adaptasi, dan kolaborasi, seiring dengan dinamika tren
pariwisata yang terus berubah.
Jurnalis sekaligus Chief Marketing Officer Traxist
Travel, Marvin Sulistio memaparkan Ekonomi Kreatif dari sisi pelaku usaha.
Marvin menyebut, perilaku wisatawan di Pulau Bali cenderung
memaksimalkan pengalaman (experience) dalam berwisata.
Keinginan tersebut tercermin dari tingkat okupansi hotel
non-bintang yang cenderung meningkat. Hal tersebut tidak terlepas dari peran
sosial media di era modern. Oleh karena itu, sinergi antara pelaku usaha dan
pemangku kebijakan diperlukan untuk mengoptimalkan potensi desa wisata.
Salah satu upaya yang dapat diterapkan yaitu dengan
meningkatkan eksposur keunikan budaya, produk lokal, dan kontribusi wisatawan
di dalam mewujudkan pariwisata berkelanjutan di Provinsi Bali. (lan/bi)