Perspectives News

Bulutangkis Gagal Bawa Pulang Medali di Asian Games 2022, Winurjaya: Saatnya PP PBSI Dievaluasi Menyeluruh

 

Ketua Umum Pengprov PBSI Bali I Wayan Winurjaya mendesak evaluasi di tubuh PP PBSI terkait gagalnya bulutangkis mempersembahkan medali dari ajang Asian Games 2022 di Hangzhou, China. (FOTO: dok winurjaya)

DENPASAR, PERSPECTIVESNEWS – Kegagalan Indonesia membawa pulang medali dari ajang Asian Games 2022 Hangzhou, China mengundang keprihatinan berbagai kalangan, tak terkecuali Ketua Umum Pengprov PBSI Bali, I Wayan Winurjaya.

Winurjaya yang juga Anggota Dewan Pengawas Pimpinan Pusat PBSI Didampingi Wakil Ketua PBSI Bali, Chandra K, minta PBSI Pusat segera berbenah, mulai dari rekruitmen skuad pelatnas, sistem pembinaan pebulutangkis dari pusat hingga daerah, serta penerapan batasan umur bagi atlet usia dewasa di event nasional, termasuk PON.

“Rekruitmen skuad pelatnas beberapa tahun lalu terjadi pencurian umur (sembari menyebut nama pebulutangkis putri yang mencuri umur agar masuk pelatnas), akibatnya prestasi sekarang anjlok,” ujar Winurjaya dihubungi Sabtu (7/10/2023).

Begitu pula dengan pembatasan umur event sirkuit nasional dan Pekan Olahraga Nasional (PON), yang dibatasi maksimal usia 21 tahun, kata Winurjaya mengakibatkan pebulutangkis usia dewasa berhenti sebagai atlet, beralih profesi dan menjadi pelatih di luar negeri.

 “Manajemen kepelatihan khususnya soal mental atlet perlu diperkuat dengan melibatkan TNI seperti saat Ketum PP PBSI dipegang Bapak Joko Santoso, seluruh pemain dikarantina di Akmil Magelang dengan program fisik, mental terpadu sehingga siap tempur saat laga,” ujar Winurjaya diamini Chandra.

Cabor bulutangkis Indonesia di Asian Games 2022 China menargetkan meraih 3 medali emas, dari tunggal putra, ganda putra dan beregu putra. Tapi semuanya gagal dan terhenti di perempat final. Kegagalan ini pertama kali dalam sejarah bulutangkis Indonesia berkiprah di Asian Games.

 Wakil Ketua Umum Pengprov PBSI Bali, Chandra K (FOTO: dok pribadi)

Winurjaya mengatakan perlu adanya pembinaan pebulutangkis secara terpadu mulai dari pusat sampai daerah melalui program Pelatnas, Pelatwil, Pelatprov, dan Pelatkab. Jenjang pembinaan itu, lanjut Winurjaya, sempat ada ketika Indonesia melahirkan Icuk Sugiarto hingga Susi Susanti.

“Adanya jenjang pembinaan seperti itu menyebabkan sumber daya  atlet bulutangkis kita berkembang di seluruh daerah dan tidak terpusat di Jawa, dan Indonesia akan banyak melahirkan pebulutangkis andal,” kata Winurjaya.

 Sementara Chandra K menambahkan, kesalahan utama gagalnya Indonesia meraih medali di Asian Games 2022 terletak di Binpres, yang saat ini dipegang Reony Mainaky.

Menurut Chandra, mestinya Reony berkolaborasi dengan pelatih lain di luar Pelatnas, karena sekarang tidak seperti dulu di mana teknologi ikut berperan penting dalam program pembinaan pebulutangkis.

“Binpres dan pelatih Pelatnas Bulutangkis kita seperti terlalu lembek kepada atlet, atlet terlalu dimanjakan dengan kontrak sponsorship, tetapi tidak dibarengi dengan penerapan punishment jiga gagal di salah satu event yang diikuti. Punishment ini yang tidak ada bagi atlet yang gagal di kejuaraan yang dia ikuti, mestinya ada sehingga atlet bertanding dengan sungguh-sungguh,” pungkas Chandra. (djo)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama