Perspectives News

Krisis Ekologis Terjadi karena Konsep Tata Ruang Darat dan Laut Tidak Terintegrasi

 

Rektor IPB Prof. Dr. Ir. Arif Satria saat membuka Konferensi Internasional ke-4 dalam bidang Integrated Coastal Management (ICM) &  Marine Biotechnology, Selasa (12/9/2023) di Kuta. (FOTO: djo)

BADUNG, PERSPECTIVESNEWS - Krisis ekologis di sejumlah pesisir utara Pulau Jawa maupun daerah lainnya di Indonesia, kian parah ditandai naiknya air laut ke darat (banjir rob).

Padahal sebagai negara kepulauan pemerintah menjadikan kawasan pesisir sebagai benteng ekonomi dan benteng ekologis agar dampak aktivitas di perairan tidak berdampak negatif di darat.

“Krisis ekologis terutama di pesisir utara Pulau Jawa karena tidak terintegrasinya tata ruang darat dengan laut,” ucap Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Ir. Arif Satria
seusai membuka Konferensi Internasional ke-4 bidang Integrated Coastal Management (ICM) & Marine Biotechnology, di Kuta, Kabupaten Badung, Selasa (12/9/2023).

Konferensi berlangsung dua hari diikuti 200 peserta dari 15 antara lain Timur Leste, Australia, Fiji, Madagaskar, Philipina, Vietnam, China, Indonesia, Australia, Argentina, Papuna Nugini, Malaysia, dan Thailand.

Arif Satria mengatakan, konferensi ini sangat penting artinya bagi Indonesia untuk meningkatkan kepedulian terhadap pengelolaan pesisir, di mana Indonesia sebagai negara kepulauan, pesisir harus dikelola dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dengan mengintegrasikan tata ruang darat dan laut. Yang sekarang terjadi, lanjut dia, tata ruang darat dan laut itu terpisah.

Dia menjelaskan integrasi tata ruang hulu dan hilir itu diperlukan agar pembangunan dilakukan secara holistik dengan mempertimbangkan kondisi laut dan darat. Pasalnya, pembangunan masif di darat berdampak kepada kehidupan di laut, begitu juga sebaliknya aktivitas di laut juga memberi dampak kepada kehidupan di daratan.

Ia mencontohkan penebangan hutan di hulu memberi dampak di hilir atau laut yakni terjadinya sedimentasi yang merusak terumbu karang dan ekosistem di dalamnya.

Selain itu, pencemaran di sungai sebagai salah satu sumber air baku untuk konsumsi mendorong masyarakat menggunakan air tanah tanpa dibarengi dengan aturan memadai. Akibatnya, terjadi penurunan permukaan tanah sehingga memicu terjadi rob atau banjir pesisir seperti yang terjadi di Pantura Pulau Jawa.

Dia mengungkapkan wilayah Pantura Pulau Jawa merupakan salah satu contoh terjadinya krisis ekologis di antaranya di Demak, Semarang dan Pekalongan di Jawa Tengah.

Tak hanya itu, dalam pengelolaan tata ruang juga tidak hanya dilakukan berbasis wilayah administrasi, tapi juga memperhatikan wilayah ekologis misalnya wilayah sungai yang membelah sejumlah daerah. (djo)

Post a Comment

Previous Post Next Post