Kepala Kantor Regional OJK Regional 8 Bali dan Nusa Tenggara Kristrianti Puji Rahayu. (Foto: OJK)
DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 8 Bali dan Nusa
Tenggara menilai kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di Provinsi Bali posisi Juli
2023 terjaga dan resilien tercermin dari fungsi intermediasi yang berjalan baik.
Likuiditas dan permodalan perbankan juga berada pada level
yang memadai, serta rasio Loan at Risk
(LaR) terus mengalami penurunan. Adapun kecukupan modal BPR yang tercermin pada
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
likuiditas BPR terjaga di atas threshold.
Menurut Kepala Kantor Regional OJK Regional 8 Bali dan Nusa
Tenggara Kristrianti Puji Rahayu dalam rilis, Selasa (12/9/2023) mengatakan, kinerja
IJK tersebut mendukung perkembangan perekonomian Provinsi Bali yang tumbuh 5,60
persen yoy di triwulan II 2023. Walaupun pertumbuhan ekonomi Bali sedikit
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, namun meningkat dibandingkan triwulan
II 2022 yang tumbuh 3,09 persen.
“Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali triwulan II 2023 lebih
tinggi dibandingkan nasional yang sebesar 5,17 persen yoy dan menempati urutan tertinggi ke-6 secara nasional. Lapangan
usaha Akomodasi Makan Minum serta Transportasi Pergudangan sebagai kontributor terbesar
perekonomian Bali tumbuh masing-masing sebesar 16,12 persen dan 26,95 persen,”
ungkapnya.
Data sektor perbankan bulan Juli 2023 menunjukkan penyaluran
kredit maupun penghimpunan DPK mengalami pertumbuhan. Penyaluran kredit
mencapai Rp101,39 triliun atau tumbuh 4,39 persen yoy lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya
yang sebesar 2,78 persen.
Pertumbuhan kredit Bank Umum di Bali sebesar 4,34 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan posisi Juni
2023 yang sebesar 4,09 persen. Sementara itu, pertumbuhan kredit BPR posisi Juli
2023 mencapai 4,78 persen yoy, sedikit
lebih rendah dibandingkan posisi Juni 2023 yang sebesar 4,97 persen.
Peningkatan penyaluran kredit secara yoy ini selaras dengan meningkatnya aktivitas pariwisata serta
sektor pendukung pariwisata di Bali.
Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit yoy didorong oleh peningkatan nominal kredit
Investasi sebesar Rp2,40 Triliun atau tumbuh 9,66 persen yoy. Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan
meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali.
Berdasarkan sektornya, pertumbuhan kredit disumbangkan oleh
peningkatan nominal penyaluran di Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (tumbuh 4,31
persen yoy) serta Sektor Penerima Kredit
Bukan Lapangan Usaha (tumbuh 3,30 persen yoy).
Berdasarkan kategori debitur, sebesar 52,75 persen kredit di Bali disalurkan
kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 5,82 persen yoy.
Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai
Rp157,41 triliun atau tumbuh double digit
yaitu 23,81 persen yoy tumbuh lebih
tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,94 persen yoy. Pertumbuhan DPK posisi Juli 2023 sedikit
lebih rendah dibandingkan posisi Juni 2023 yang tumbuh sebesar 24,02 persen yoy. Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK
ditopang oleh kenaikan Tabungan dan Giro.
Fungsi intermediasi posisi Juli 2023 cenderung stabil di
posisi 64,41 persen. Rasio likuiditas (Cash
Ratio) dan permodalan (CAR) BPR
di Bali masih solid dan terjaga di atas threshold
masing-masing sebesar 14,06 persen dan 31,27 persen.
Kualitas kredit perbankan tetap terjaga yang tercermin dari
penurunan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) nett yang berada di posisi 1,72 persen.
Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di Bali
(berdasarkan lokasi proyek) terus melandai dari Rp45,80 triliun posisi Desember
2020 menjadi Rp24,64 triliun atau turun sebesar 46,21 persen posisi Juli 2023 (Juni
2023: Rp26,39 triliun). (rls)