Sekda Made Indra (2 dari kiri) memaparkan sejumlah langkah dan strategi dalam penurunan jumlah stunting di Bali. (Foto: Humas Pemprov. Bali)
BADUNG,
PERSPECTIVESNEWS - Sekretaris Daerah Provinsi Bali Dewa Made Indra
memaparkan sejumlah langkah dan strategi dalam penurunan jumlah stunting di
Bali.
Hal ini disampaikannya saat didaulat sebagai narasumber
dalam Rapat Kerja Teknis Tim Percepatan Penurunan Stunting Provinsi dan
Kabupaten/Kota se-Kalimantan Timur Tahun 2023 Dalam Sharing Session dengan TPPS
Provinsi Bali, di Hotel Harper Kuta, Badung, Senin (7/8/2023).
"Masing-masing wilayah dengan luas dan jumlah penduduk
yang berbeda tentu memiliki cara dan pola yang berbeda antara satu dengan yang
lain dalam upaya menurunkan angka stunting. Contohnya di Bali, dengan jumlah
penduduk yang lebih banyak dan luas wilayah Bali yang tergolong kecil, tentu
kerjasama dan koordinasi antar lembaga yang lebih intens membantu memperbaiki
kondisi kekurangan gizi pada anak yang sudah terdeteksi stunting," kata
Sekda Dewa Indra.
Ditambahkan, strategi yang dilakukan Pemerintah Bali adalah
bekerjasama dengan lembaga desa adat yang ada di masing-masing kabupaten, kecamatan,
desa hingga banjar.
Lembaga desa adat seperti pecalang dan kader desa memiliki
peran strategis untuk mencari tahu data remaja yang akan menikah.
Remaja yang akan menikah ini nantinya akan dikontak dan
disosialisasikan tentang kesehatan diri, kesiapan pranikah, saat menikah dan
pasca menikah terutama saat mengandung. Edukasi ini penting dilakukan agar
calon pasangan pengantin paham dan mengerti tentang kondisi tubuh serta
selanjutnya memahami bagaimana memenuhi kebutuhan tubuh saat hamil, sehingga
janin yang sedang dikandung mendapatkan nutrisi gizi yang lengkap, dan
mempengaruhi pertumbuhan janin dengan baik.
Bali dengan luas 5.636,66 Km dihuni oleh 4.279.129 jiwa
tersebar di 9 Kabupaten/Kota.
Pengentasan stunting dilakukan dengan intensnya kerjasama
dan koordinasi antara pemerintah dengan lembaga desa adat yang ada di 1.493
desa adat. Strategi percepatan penurunan stunting yang dilakukan yakni
penguatan kelembagaan percepatan penurunan stunting, penganggaran, sinergitas
lintas sektor dan pemanfaatan kearifan lokal Bali dalam percepatan penurunan
stunting.
Dengan menjadikan stunting sebagai salah satu prioritas
utama pembangunan desa, juga menjadi salah satu strategi yang dapat dipilih
sehingga mampu memajukan kinerja instansi dan lembaga terkait.
Berdasarkan data SSGI Tahun 2021 dan 2022, Bali merupakan
provinsi dengan prevalensi stunting terendah di seluruh Indonesia, walaupun
masih terdapat kabupaten yang memiliki prevalensi stunting di atas rata-rata
Provinsi Bali (Jembrana 14,2%, Buleleng 11%, Karangasem 9,2%, Bangli 9,1% dan
Tabanan 8,2%).
Prevalensi stunting untuk Bali di Tahun 2022 adalah 8,0%
telah melampaui target yang ditetapkan untuk Provinsi Bali yaitu 9,28%,
sekalipun pada Kabupaten Buleleng dan Gianyar terdapat peningkatan prevalensi
stunting dari tahun sebelumnya. (hum)