Media briefing terkait penyelenggaraan KTT AIS di Bali, berlangsung di BNDCC, Rabu (9/8/2023. (Foto: perspectivesnews)
BADUNG,
PERSPECTIVESNEWS- Penanganan sampah plastik di laut, menjadi salah satu bahasan
pada KTT AIS (Konferensi Tingkat Tinggi - Archipelagic and Island States) di
Bali, 11 Oktober 2023 mendatang.
Diliput ratusan media dalam dan luar negeri, KTT Negara
Pulau dan Kepulauan (AIS) untuk menangani empat masalah kelautan tersebut,
merupakan yang pertama kali digelar, bakal dihadiri 13 kepala negara dan
berlangsung di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).
“Sejauh ini ada 13 kepala negara akan hadir, dan mendekati puncaknya
pada 11 Oktober mendatang, diharapkan makin banyak yang konfirmasi,” ungkap
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan
Informatika (Kemenkominfo) Usman Kansong, saat digelar Media Briefing terkait
KTT AIS dan WWF ke-10, di Nusa Dua, Badung, Rabu (9/8/2023).
KTT AIS menjadi wadah kerja sama 51 negara pulau dan
kepulauan yang menekankan solusi konkrit terkait empat masalah yakni mitigasi
perubahan iklim, ekonomi biru, penanganan sampah plastik di laut dan tata
kelola maritim.
“Terkait sampah di laut, ini menjadi topik bahasan penting mengingat
Indonesia juga menyumbang sampah plastik di laut yang mencapai 12,5 juta metrik
ton berdasarkan survei pada 2015 dan belum ada perubahan survei yang terbaru,”
tambah Usman Kansong.
Melalui konferensi video, Asisten Deputi Delimitasi Zona
Maritim dan Kawasan Perbatasan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi Sora Lokita mengatakan, empat isu tersebut dirumuskan melalui
identifikasi negara di forum AIS.
“Forum AIS merupakan inisiatif Indonesia yang pertama kali
idenya muncul pada 2017 mengingat Indonesia merupakan salah satu negara
kepulauan terbesar di dunia. Dan Indonesia bisa berkontribusi kepada negara
pulau dan kepulauan karena memiliki karakteristik geografis dan tantangan yang
sama,” sebutnya.
Selain empat isu tersebut, kata dia, ada dua tantangan
lainnya di antaranya polusi maritim, konektivitas, dan pemberdayaan masyarakat
pesisir.
Sedangkan, Penasehat Senior Tata Kelola Iklim di Badan PBB
terkait Program Pembangunan (UNDP) Indonesia Abdul Wahid Situmorang
mengharapkan, solusi yang ditawarkan atau dikerjasamakan adalah solusi yang
bisa digunakan semua Negara, baik negara berkembang dan negara maju.
“Kami mengumpulkan berbagai solusi oleh pemangku
kepentingan, kami kumpulkan sebagai AISPedia. Solusi itu kami gunakan sebagai
wadah untuk kerja sama dengan negara pulau dan kepulauan,” tandasnya.
Kepercayaan dunia terhadap Indonesia kembali muncul setelah
sukses menjadi tuan rumah pelaksanaan berbagai pertemuan dunia di antaranya KTT
G20, ASEAN Summit di Labuan Bajo dan di Jakarta, menyusul perhelatan penting KTT
AIS serta Forum Air Dunia (WWF) 2024.
(lan)