Disperindag Provinsi Bali mencanangkan ‘Bali Kerthi Creative Center’ (BKCC), di kantor setempat, Selasa (15/8/2023). (Foto: Humas Pemprov. Bali)
DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS- Dalam upaya pengembangan industri kreatif dan meningkatkan
daya saing produk industri kreatif lokal, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Disperindag) Provinsi Bali mencanangkan ‘Bali Kerthi Creative Center’ (BKCC).
Hal ini disampaikan Sekretaris Disperindag Bali, I Nyoman
Putra Astawa, di Kantor Disperindag Bali, Renon, Denpasar, Selasa (15/8/2023).
Putra Astawa menyampaikan, sektor industri diharapkan dapat
menjadi motor penggerak perekonomian nasional terutama sektor industri kecil
dan menengah (IKM).
Penguatan daya saing industri kecil dan menengah (IKM)
memiliki peran yang penting dalam pemulihan ekonomi suatu negara. IKM biasanya
merupakan tulang punggung perekonomian, terutama di negara-negara berkembang,
dan menyumbang secara signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja,
pertumbuhan ekonomi, serta pengurangan kemiskinan.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat,
industri kreatif memberikan kontribusi sekitar Rp 989 triliun pada PDB nasional
2017 atau sekitar 7,28 persen. Kontribusi sektor ini sebenarnya terus meningkat
dimana pada tahun 2017 tumbuh 5,07 persen.
Selain itu, industri kreatif menyediakan 17,7 juta lapangan
kerja atau sekitar 14,61 persen dari angka penyerapan tenaga kerja nasional.
Untuk Provinsi Bali hingga tahun 2022, tercatat 16.650 IKM
dengan tenaga kerja sebanyak 138.110 orang dan nilai investasi sebesar
Rp.4.424.010.844.000,00. Hal ini merupakan potensi yang besar untuk
pengembangan IKM Bali ke depan.
“Namun sebagai dampak dari pandemi pada 2020 lalu, kegiatan
ekspor IKM pada industri kreatif khususnya sub sektor kriya menurun antara 3%
sampai 5%, selain pembatalan order, terjadi penangguhan pembelian hingga 70%.
Menyikapi hal ini, Pemprov Bali menggelar pameran IKM Bali
Bangkit yang awalnya digagas sebagai salah satu upaya untuk menggerakkan
perekonomian Bali dan membantu para pengrajin tetap semangat berkarya di tengah
pandemi Covid-19,” imbuhnya.
Lebih jauh Putra Astawa menyampaikan, setelah kita berhasil
melewati badai pandemi Covid-19, sektor IKM masih dihadapkan pada kondisi saat
ini dimana masing-masing perangkat daerah cenderung berjalan sendiri-sendiri dalam
pengembangan komoditi potensial masing-masing.
Misalnya, sektor pertanian dan perikanan hanya fokus
memproduksi hasil pertanian dan perikanan secara apa adanya tanpa ada upaya
untuk memperbaiki mutu, desain, kemasan sehingga bisa menambah nilai jual
produk tersebut.
Begitupun para UMKM dan IKM, produk yang mereka jual
cenderung monoton dan pemasarannya masih dilakukan secara konvensional.
Oleh karena itu perlu dibentuk lembaga non organik sehingga
dapat memperkuat sektor ini secara keseluruhan, memberikan dukungan bagi para
profesional kreatif, memfasilitasi pertumbuhan dan kolaborasi, serta sistem
kerja bisa berjalan dengan lebih efektif, efisien, yang pada akhirnya akan
berdampak pada kesejahteraan petani, nelayan, UMKM dan IKM.
“Hadirnya BKCC, disamping sebagai pusat pengembangan
industri kreatif, juga regulasi perlindungan daya saing produk industri kreatif
lokal serta media pemasaran produk industri kreatif lokal,’ tuturnya.
Dengan hadirnya BKCC yang merupakan kolaborasi antar
perangkat daerah dan stakeholders
eksternal di bawah naungan sekretariat bersama (UPTD Rumah Kreatif) sebagai leading sector, diharapkan dapat
meningkatkan capaian indikator kinerja Disperindag Provinsi Bali, untuk
persentase kontribusi sektor perdagangan terhadap PDRB dari 9% menjadi 10%,
persentase kontribusi sektor industri terhadap PDRB dari 6,04% menjadi 7 % dan
persentase nilai ekspor bersih dari 3% menjadi 4%. (hum/zil)