Ny. Putri Koster foto bersama usai menjadi narasumber dalam NGOBRAS ‘Ngobrol Bareng Artis’ di Radio Gema Merdeka, Rabu (5/7/2023). (Foto: Humas Pemprov Bali)
DENPASAR,
PERSPECTIVESNEWS- Bagi penikmat serial drama klasik era 80-an pasti tidak
asing dengan Ni Putu Putri Suastini atau Ny. Putri Koster, seniman serba bisa
tersebut dikenal masyarakat Bali melalui drama klasik yang disiarkan oleh TVRI
Bali selama hampir satu dekade pada tahun 80-an.
Sementara perjalanan panjang Putri Koster di dunia seni
sudah dimulai sejak usia sangat dini. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber
dalam NGOBRAS ‘Ngobrol Bareng Artis’ di Radio Gema Merdeka, Rabu (5/7/2023).
“Tahun 1970, umur 4 tahun, ibu dilatih guru tari Ibu Anak
Agung Suciati. Nah nike ibu dilatih
dari kecil menari, jadi basicnya ibu, tari Bali,” ungkap Bunda Putri.
Lalu setelah itu ia mulai mendalami seni pertunjukan dengan
tergabung dalam teater mini saat dirinya masih di jenjang SMP. Akhirnya dari
pentas ke pentas. Awal namanya itu Teater Mini karena pemainnya anak-anak dan
mengangkat cerita tentang anak-anak, masih berkolaborasi dengan teater
kukuruyuk Pak Taro.
Dari situlah Putri Suastini Koster mengenal dunia seni peran
hingga akhirnya saat SMA di SMAN 1 Denpasar, ia pun semakin aktif dalam dunia
seni peran. Tidak hanya melalui Teater Mini namun juga tergabung dalam Teater Angin
yang lebih banyak menceritakan kisah drama remaja.
“Sejak TVRI ada di Bali tahun 1978, ibu sudah mengisi disana
dengan Teater Mininya, Teater Anginnya. Kalau Teater Angin, ibu tampil dengan
drama remaja dan Teater Mini dengan drama klasik,” jelasnya.
Sementara memasuki dunia tarik suara, menurutnya bukan
sesuatu yang disengaja. Walaupun saat ini telah melahirkan belasan lagu, ia
menyampaikan bahwa hal tersebut hanya menyalurkan gairah seninya saja.
“Lagu-lagu ibu tidak khusus. Ketika anak-anak sudah bisa
diajak ke Bali, ibu ajak liburan ke Bali. Dua minggu misalnya lalu janjian
dengan teman-teman lalu muncullah tembang tuntang, sinetron cupak gerantang,”
ungkapnya.
Tidak berhenti disitu, ia pun aktif dalam seni sastra dengan
aktif sebagai pembaca puisi. Awalnya menurutnya hanya iseng bermain ke Taman
Ismail Marzuki, lalu berlatih vokal bersama seniman-seniman senior disana
hingga mendalami seni puisi.
Bahkan saking menjiwainya, tidak jarang penonton menjadi
merinding hingga kesurupan mendengar Putri Koster membacakan puisi dengan
lantang dan penuh penghayatan. “Bagi ibu itu kebanggaan saja,” tuturnya.
Kecintaannya terhadap seni tradisional hingga seni modern
menjadikannya sangat peduli terhadap kelangsungan seni di Bali.
Bahkan saat ini walaupun tengah sibuk di dunia birokrasi
sebagai Ketua PKK dan Dekranasda Provinsi Bali serta jabatan lainnya, ia masih
sangat menaruh perhatian terhadap dunia seni di Bali. Hal ini pula yang
membuatnya memperjuangkan dilaksanakannya Festival Seni Bali Jani sebagai wadah
bagi pelaku seni modern dan kontemporer agar mendapat tempat untuk berkarya. (hum)